[caption id="attachment_318822" align="aligncenter" width="604" caption="Buku dengan sampul sensual yang masuk SD di Makasar. (foto: Gegge M)"] [/caption]
Hari ini saya kaget sekali membaca status teman Facebook saya bernama Gegge Mappangewa. Dia memosting foto sebuah buku dengan gambar vulgar beserta tulisan: "Cover buku terbitan Kemendikbud ini, layak nggak ya dikatakan menggambarkan salah satu budaya di negeri kita? Apalagi jika ini dihidangkan di perpus sekolah, siswa lebih menangkap budayanya atau karakter yang mereka imajinasikan setelah melihat cover?"
Di bawah postingan itu kebanyakan teman Facebook komentar,"Prihatin". Â Saya sendiri hanya geleng-geleng kepala sekaligus merasa miris. Tidak adakah lembaga pengawas perbukuan yang akan diedarkan ke sekolah?
Buku cerita rakyat yang berjudul 'Rara Beruk' tersebut sudah masuk ke Sekolah Islam Terpadu Al Ashri, Makasar. Â Untunglah Gegge yang bekerja di sekolah tersebut langsung menyortir buku dengan ilustrasi perempuan meliuk (dan belahan dada yang tampak) itu.
Saya membayangkan jika pihak sekolah tidak memiliki kepekaan menyortir buku dengan cover seperti itu. Entah apa yang terjadi.
Semoga setelah ini, pihak penerbit memikirkan benar urusan menerbitkan buku untuk bacaan anak-anak. Tidak hanya isinya, tapi juga sampul bukunya. Banyak orang yang kompeten di negeri ini yang bisa ditanyai sebelum buku diedarkan ke masyakarat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H