[caption id="attachment_360119" align="alignnone" width="614" caption="Pelajari cara memasak dengan elpiji  yang tepat  agar lebih hemat. (foto: Benny Rhamdani)"][/caption]
Ironis, ternyata kenaikan harga elpiji tabung 12 kilogram (kg) non-subsidi disikapi sebagian masyarakat dengan berpindah ke elpiji tabung melon yang jelas di subsidi. Padahal, sebagian di antaranya sudah masuk dalam kategori keluarga kelas ekonomi menengah alias mampu.
Di sekitar tempat tinggal saya, mereka yang gaya hidupnya boleh dibilang berkelas pun mulai beralih ke tabung melon yang sebelumnya tak pernah disentuh. Demikian pula dengan wirausaha kuliner yang omset per harinya sudah relatif besar pun melakukan hal yang sama, atau setidaknya memakai dua jenis tabung.
Tidak sedikit juga yang bertahan menggunakan elpiji bersubsidi setelah mau memahami penjelasan dari Pertamina maupun pemerintah melalui berbagai media. Apa alasannya?
Alasan Pertamina
PT Pertamina (Persero)Â menaikkan harga Elpiji non-subsidi kemasan 12 kg menyusul tingginya harga elpiji di pasar internasional dan turunnya nilai tukar Rupiah. Penyesuaian harga diputuskan sebesar Rp1.500 per kg (nett Pertamina) terhitung sejak tanggal 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat.
Kebijakan korporasi ini ditetapkan setelah mendengarkan masukan pemerintah. Kenaikan ini juga merupakan pelaksanaan Roadmap Penyesuaian Harga Elpiji 12 kg secara berkala sesuai hasil Rapat konsultasi Pemerintah dengan BPK RI pada tanggal 6 Januari 2014.
Harga jual rata-rata Elpiji 12 kg nett dari Pertamina yang sebelumnya Rp 6.069 per kg menjadi Rp 7.569 per kg . Dengan komponen biaya lainnya, seperti transport, filing fee, margin Agen dan PPN, maka harga jual di agen yang sebelumnya Rp 7.731 per kg atau Rp 92.800 per tabung menjadi Rp 9.519 per kg atau Rp 114.300 per tabung.
Dibandingkan dengan harga keekonomian elpiji, harga tersebut masih jauh di bawah keekonomiannya. Berdasarkan rata-rata CP Aramco harga keekonomian Elpiji 12kg saat ini seharusnya Rp15.110 per kg atau Rp181.400 per tabung.
Diharapkan kenaikan elpiji non-subsidi ini dapat menekan kerugian pada tahun 2014 sebesar Rp452 miliar sehingga menjadi Rp5,7 triliun dari prognosa semula Rp6,1 triliun. Kerugian ini masih melebihi proyeksi RKAP 2014 sebesar Rp5,4 triliun yang dipatok pada asumsi CP Aramco sebesar US$833 per metric ton dan kurs Rp10.500 per US$.
Dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti masyarakat, Pertamina selama ini ternyata menanggung kerugian akibat menjual elpiji yang lebih murah dari harga standar dunia. Apalagi elpiji sebagian masih diimpor. Agar Pertamina bisa bertahan menyalurkan elpiji, maka mau tidak mau harga pun harus dinaikkan. Jika tidak, program pemerintah mengalihkan masyarakat dari minyak tanah ke elpiji bisa berantakan. Apalagi belum ada lembaga swasta yang berani bermain di bisnis elpiji rumahan ini.
Tips Hemat Memasak dengan Elpiji
Salah satu cara positif untuk menyikapi kenaikan harga elpiji  yang masih akan terus berlanjut per enam bulan, cobalah untuk memeriksa kembali cara memasak kita menggunakan elpiji. Dengan tips ini, kita bisa menjadikan memasak lebih efisien sehingga penggunaan elpiji lebih awet.
1.Memasak menggunakan gerabah? Sebaiknya gunakan logam (seperti stainless steel), bukan panci tanah liat untuk memasak. Logam merupakan konduktor panas yang baik sementara tanah liat tidak. Untuk memasak, panas yang dihasilkan harus mencapai makanan dan karenanya panci yang terbuat dari konduktor agar lebih efisien.
2.Pernah lihat penggorengan atau panci yang dekil? Â Sebaiknya kita menjaga permukaan luar panci semengkilap mungkin. Permukaan yang kotor dan berkerak bisa menolak panas (konveksi). Alhasil memasak bisa lebih lama.
3.Gunakan wajan atau panci lebar yang menutup permukaan api. Panas lidah api yang melampaui panci tidak diserap dengan baik oleh panci. Jelas ini adalah pemborosan.
4.Setelah masakan mendidih segera kecilkan api, terutama saat memasak kari atau rendang. Asalkan cukup mempertahankan titik didih. Masakan mendidih di sekitar 100 derajat Celcius. Tidak peduli seberapa tinggi api tidak akan mungkin untuk meningkatkan suhu di luar ini. Â Tentu selama masakan tidak ditambah air lagi.
5.Biarkan panci tertutup saat memasak bila memungkinkan. Panci yang terbuka akan membuat panas memuai ketimbang panci tertutup. Menjebak uap di dalam panci memungkinkan memasak dengan  api yang lebih kecil.
6.Pastikan api berwarna biru. Jika api berwarna kuning, ada indikasi pembakaran tidak berlangsung sempurna. Energi penuh dalam gas tidak dimanfaatkan dengan baik. Cara terbaik adalah memperbaiki atau mengganti kompornya.
7.Gunakan kompor gas yang memiliki pengatur besaran api secara pas. Banyak kompor yang tersedia di pasar tidak menyediakan pengaturan api ke tingkat yang relatif kecil. Biasanya kompor yang baik lebih mahal. Tapi demi penghematan di kemudian hari, sebaiknya jangan ragu memilihnya.
8.Gunakan alat masak pressure atau biasa dikenal presto. Panci jenis ini dapat menghemat energi karena dapat memasak makanan pada suhu sekitar 125 derajat Celsius (tergantung pada tekanan dari pressure cooker), sedangkan panci biasa hanya bisa mencapai sekitar 100 derajat celcius (karena mereka hanya di bawah tekanan atmosfer). Memasak di suhu yang lebih tinggi secara signifikan dapat mengurangi waktu memasak.
9.Masaklah dalam jumlah yang lebih banyak dan untuk persediaan konsumsi kemudian. Memasak lebih banyak untuk beberapa kali konsumsi akan menghemat gas dan waktu. Rasanya hal ini  layak dipertimbangkan.
Selamat mencoba. Tetaplah memakai jenis elpiji sesuai dengan kemampuan kita.
Referensi:
2.Wikihow
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H