Mohon tunggu...
Benny Andhika
Benny Andhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya

Newbie Writer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Relevansi Seni Perang Sun Tzu pada Masa Perang Dingin Melalui Proxy War

3 Desember 2021   02:59 Diperbarui: 3 Desember 2021   19:58 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengatar

perang dunia II telah mengakibatkan kekacauan yang besar di seluruh belahan termasuk dampak ekonomi, sosial, kemanusiaan, dan politik yang pada akhirnya dimenangkan blok Sekutu. Setelah perang dunia II berakhir, jutru muncul persaingan antara 2 negara besar dari blok pemenang (Sekutu) yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. 

Persaingan terjadi karena kedua negara disebut adidaya sehingga berkeinginan untuk menjadi pemimpin dunia, karena sejauh yang diketahui pemimpin hanya terdiri dari satu entitas (negara) maka keduanya berlomba untuk menjadi yang terkuat dengan pengaruh terbesar di dunia dan pada akhirnya melahirkan fase perang dingin. 

Di Fase Perang dingin ini banyak sekali dampak yang terjadi di dunia seperti terbelahnya dunia menjadi 3 bagian dan menjadi dampak dari perebutan pengaruh (Politik dan Paham) yaitu blok timur yang dipimpin Uni Soviet dan blok barat yang dipimpin Amerika Serikat maupun negara-negara Non-blok seperti Indonesia. 

Melalui perebutan pengaruh ini banyak berakibat bagi negara-negara ketiga yang menjadi terpecah karena perbedaan pandangan yang juga didukung salah satunya oleh negara adidaya hingga terjadi perang yang disebut Proxy War.

Akan Tetapi, jauh sebelumnya telah hadir pemikiran serupa Proxy War, dari daratan China yang datang dari seorang bernama Sun Tzu dalam traktat strategi perang berjudul "The Art of War". 

Sun Tzu juga memiliki pemikiran yang bermakna jika kemenangan sejati dari sebuah perang jika dapat memenangkannya tanpa terlibat dalam perang. Meskipun begitu, bagaimana Relevansi antara pemikiran Sun Tzu di masa perang dingin (Cold War) melalui Proxy War? 

Untuk mengetahui hal itu, maka diperlukan pemehaman lebih dalam mengenai Perang dingin, Proxy War, siapakan Sun Tzu dan bagaimana pemikirannya terkait Proxy War. Keterkaitan antara keduannya juga akan menjadi dasar sebagai penerang tentang relevansinya berdasarkan opini penulis yang juga berdasarkan bukti yang ada.

Perang Dingin (Cold War)

Perang dingin (Cold War) merupakan salah satu fase perang yang terjadi di dunia dimana diawali dengan kewaspadaan pihak Amerika Serikat terhadap paham Komunisme dan juga tirani kepemimpinan Joseph Stalin di Uni Soviet. 

Sementara dari sisi lain, Uni Soviet tidak menyukai penolakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat selama beberapa dekade untuk mengakui Uni Soviet sebagai bagian resmi dari komunitas internasional dan keterlambatan Amerika Serikat masuk ke perang dunia II dimana akibatnya puluhan juta orang Uni Soviet mati. Dampaknya jelas membuat keduanya saling mencurigai dan permusuhan di mulai.

Ekspansionisme Soviet di Eropa bagian timur memicu ketakutan Amerika Serikat terhadap rencana Uni Soviet menjadi pemimpin (penguasa) dunia. Sementara dari sisi Uni Soviet, mereka mulai membenci retorika permusuhan pejabat Amerika Serikat, penumpukan senjata serta pendekatan intervensionis dalam hubungan internasional.

Amerika Serikat akhirnya menghadirkan strategi yang disebut strategi "Containment" untuk menahan kekuatan Uni Soviet yang dianggap mengancam. Karena strategi ini juga yang menjadi alasan  Amerika Serikat menumpuk persenjataan yang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya perlombaan senjata khusunya senjata nuklir. 

Tidak hanya itu, terjadi juga perlombaan antariksa dengan berbagai macam eksplorasi dari kedua negara termasuk dengan perdaratan manusia di bulan yang akhirnya dimenangkan Amerika Serikat melalui Neil Amstrong (Apollo 11 NASA) pada 20 Juli 1969, walaupun kebenarannya masih diragukan oleh beberapa pihak. Sementara itu, Uni Soviet menganggap hal ini sebagai ancama dan seolah-oleh membuat posisinya sebagai penjahat. (History.com, 2009)

Persaingan dan tensi yang tinggi antara kedua negara juga mempengaruhi negara-negara lain yang merasa jika harus menempatkan diri dalam satu posisi yang dianggap menguntungkan dan juga intervensi negara tersebut. Berkat hal ini, terpecahlan dunia menjadi 2 blok besar pendukung dan 1 blok anti keduanya (Non-Blok bukan berarti memusuhi negara dengan blok justru agar dapat berteman dengan keduanya). 

Diawali dengan dukungan Uni Soviet terhadap Korea bagian Utara yang melakukan invasi ke Korea bagian Selatan yang pro Barat yang juga dianggap petinggi Amerika Serikat sebagai ancaman kampanye awal komunis untuk mengambil alih dunia. Amerika Serikat juga akhirnya mengirimkan bantuan terhadap Korea Selatan karena tidak ingin Uni Soviet Mendominasi. 

Begitupun seterunya dimana Amerika Serikat dengan NATO yang memasukkan Jerman Barat sebagai anggota maupun negara eropa bagian barat smentara Uni Soviet dengan Pakta Warsawa dengan negara Eropa Timurnya. 

Sementara itu, jauh di Asia Tenggara juga terdapat negara yang terpengaruh seperti Vietnam yang terpecah menjadi dua bagian pasca masa kolonialisme yang mana Vietnam Barat yang didukung Amerika Serikat dengan pemimpinnya Ngo Dinh Diem dan Vietnam Timur yang didukung Uni Soviet dengan pemimpin Ho Chi Minh. Perpecahan-perpecahan yang terjadi antara kedua negara tidak hanya sekedar akan tetapi mengakibatkan keduanya berperang antar keduanya (perang saudara) karena pengaruh negara besar yang ada saat itu.

proxy War

Proxy War pada dasarnya merupakan cara suatu pihak untuk mendapatkan keinginanya namun dalam konteks perang. Menurut Jendral TNI Gantot Nurmantyo, Proxy War merupakan konfrontasi diantar dua kekuatan yang besar menggunakan pemeran pengganti agar dapat menghindari konfrontasi langsung atas alasan pengurangan risiko konflik yang lebih berisiko. Brewer juga berpendapat bahwa, Proxy War secara terminologi merupakan perang yang dilakukan oleh satu pihak dengan mengatasnamakan pihak lain. 

Selain itu, Jon Abbink berpendapat bahwa Proxy War digambarkan layaknya catur yang strateginya selalu berubah-ubah begitupun dengan cara bermainnya yang dimaknai sangat kompleks. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Proxy War merupakan perang yang terjadi saat musuh memanfaatkan pihak ketiga sebagai alat pengganti untuk berperang secara langsung dengan musuh dari pihak pertama.

Jadi pada hakikatnya, Proxy merupakan perpanjangan tangan dari suatu pihak yang mengejar kepentingan strategisnya akan tetapi menghindarkan diri dari keterlibatan secara langsung dalam suatu perang yang tentunya mahal dan juga berdarah.

Menurut JMR Wondenberg, Proxy War dalam tesisnya memiliki 4 karakteristik yaitu:

1. Terdapat hubungan baik antara kekuatan asimetris di kedua pihak.

2. Harus terdapat paling tidak sedikit keinginan yang sama kepada kepentingan negara pelindung.

3. Harus Terdapatnya tingkat tersendiri terhadap dukungan atas negara pelindung.

4. Pihak ke-3 harus menempatkan diri di tengah-tengah pemerintah dan swasta dalam skala transnasional-regional.  (Munarji & Iffatin, 2018)

Sun Tzu

Sun Tzu merupakan pakar perang serta jendral China kuno yang hidup antara 500 SM. Sun Tzu juga dikenal berkat traktat strategi perang buatannya yang berjudul "The Art of War" yang berisi tentang strategi perang dimana memang pemikiran Sun Tzu sendiri berakar dari aliran militer dan merupakan salah satu cabang filsafat militer. Aliran ini pada gilirannya berkembang waktu sejarah yang disebut Periode Musim Semi dan juga Gugur sekitar 772-476 SM. 

Menurut sejarah, Sun Tzu dipercaya juga hidup, berperang dan menciptakan The Art of War  pada periode tersebut.Namun begitu, sebenarnya kebenaran sejarah Sun Tzu sendiri masih sangat dipertanyakan diakibatkan perang berkepanjangan pada Chaotic Era dan berimbas banyaknya catatan-catatan maupun bukti sejarah yang hilang terutama oleh pemusnahan karya dan catatan oleh dinasti Qin. 

Sun Tzu sendiri memiliki pemikiran yang kuat tentang peperangan yang diantaranya prioritas utama dari perang adalah kemenangan dan kemenangan yang sejati (Supreme Excellence) diraih ketika dapat memenangkan perang tanpa terlibat langsung. (Mark, 2020)

Seni Perang Sun Tzu

Sun Tzu dikenal sebagai ahli startegi perang, akan tetapi bukan berarti Sun Tzu tidak memperhatikan keselamatan tentara maupun masyarakatnya. Maka dari itu, Sun Tzu memiliki pertimbangan-pertimbangan awal sebelum memutuskan untuk memulai sebuah perang agar dapat memastikan kemenangan bahkan sebelum perang dimulai dan jika memang juga harus beperang secara langsung. 

Pertimbangan-pertimbangan itupun akan disertai dengan strategi yang akan dipergunakan nanti digunakan di peperangan berdasar pada analisa dan pertimbangan sebelumnya. Sun Tzu  juga memiliki pemikiran jika Pembiayaan perang sangat harus diperhitungkan dalam suatu perang meskipun bukan berarti pembiayaan harus dipangkas dan membahayakan pasukan, untuk itu Sun Tzu mempunya solusi lain berupa meminimalisasi perang berkepanjangan karena sepanjang sejarah yang ada perang berkepangjangan tidak pernah berakhir dengan baik. 

Oleh karena itu, pasukan harus sesegera mungkin memenangkan perang untuk mendapatkan pembekalan dari musuh dan sumber daya sebagai penghargaan atas kemenangan dan juga memperlakukan tawanan dengan baik agar bisa dipergunakan dipihak pemenang.

Berikutnya justru yang menarik dari pemikiran Sun tzu adalah pemikiranny tentang bagaimana menyerang mental musuh agar dapat menang peperangan tanpa harus berperang yang mana juga disiasatkan jika pasukan lebih besar dari musuh akan tetapi jika sebaliknya maka keputusan terbaik adalah melarikan diri untuk menghindari jatuhnya korban karena menurutnya melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. 

Selanjutnya Sun Tzu menekankan untuk selalu memiliki taktik yang kuat dalam berperang dan menempatkan pihaknya dalam posisi pemenang agar kemenangan dapat dipastikan melaui proses yang tanpa kesalahan. Sun Tzu juga berpendapat jika dalam perang menyebunyika kekuatan seberanya dibalik topeng kekacaun merupakan taktik ulung untuk dapat meraih kemengan karena musuh akan meremehkan serta kehilangan konsentrasinya. 

Berikut juga, Sun Tzu berpendapat bahwa strategi dapat dikatakan berhasil jika musuh tidak tau apa yang harus dipertahankan dan juga tidak tau cara apa yang harus diserang. Hal ini tentu berkaitan dengan titik kuat dan titik lemah yang harus diketahui saat perang. Seberanya banyak pemikrian-pemikiran Sun Tzu lainnya terkait, Manuver, Tanah (Kedudukan), Variasi taktik, Situasi, pengancuran scara keseluruhan secara bertahap dan mata-mata yang dapat diterpakan langsung dalam menhadapi peperangan. 

Akan tetapi lebih dari itu,malah ketertarikan muncul dari pemikirannya terkait kemenangan sejati merupakan kemenangan yang diraih tanpa harus berperang secara langsung. Mungkin pemaknaanya kebanyakan merupakan ancaman agar dapat membuat lawan menyerah akan tetapi juga terdapat permaknaan lain yang justru mengacu kepada pemanfaatan pihak lain untuk mengalahkan musuh. Hal ini tentu memiliki kemiripan dengan konsep yang terjadi saat perang dingin terjadi yang disebut dengan Proxy War. (Clavell, 1988)

Relevansi Seni Perang Sun Tzu Melalui Proxy War di Era Perang Dingin

Jika dilihat kembali, banyak sekali pemikiran Sun Tzu yang kemudian sejalan dengan satu konsep yaitu Proxy War. hal ini dapat dilihat dengan pemikiran Sun Tzu terkait pembiayaan perang jika terlibat langsung dan bagaimana kemudian suatu negara dapat memenangkan perang tanpa harus ikut langsung berperang. 

Dalam hal ini, pendekatan ini dapat disebut juga pendekatan strategis tidak langsung karena pihak ketiga yang pada dasarnya tidak ikut langsung kedalam peperangan. Keadidayaan suatu negara membuatnya dapat dengan mudah memperdaya suatu pihak untuk ikut termasuk ke dalam rencananya. Praktik dari Proxy War sangat umum ditemui pada masa perang dingin dengan adanya perebutan kekuasaan dari kekuatan-kekuatan besar dunia.

Pada gilirannya, pemikiran Sun Tzu memang membawa kesengsaraan bagi negara ketiga yang dijadikan alat oleh negara lain akan tetapi ini akan menjadi kemenangan besar bagi negara yang mendukung jika negara yang didukung berhasil memenangkan peperangan sebaliknya jika terjadi kekalahan maka negara adidaya yang mendukung tidak akan terpengaruh besar. 

Contoh yang nyata dapat dilihat dari perang dingin sangat banyak salah satunya adalah dukungan China terhadap rezim Khmer Merah yang diserang oleh pihak Vietnam yang akhirnya berhasil menggagalkan pihak Vietnam untuk menguasi Kamboja. tentunya disini kepentingan China terlihat saat pengaruhnya di kawasan Indo-china terganggu karena Supremasi Vietnam yang didukung oleh Uni Soviet makan dukungan dari China dianggap Kamboja sebagai bantuan yang sangat berarti. Padahal China memang memiliki kepentingan melalui Kamboja untuk meletakkan pengaruhnya di kawasan Indochina dan Asia tenggara.

Strategi perang Sun Tzu memang dapat digunakan kapan saja dan hampir di segala situasi maupun kondisi dari waktu ke waktu sampai saat ini. bicara terkait relevansi antara seni perang Sun Tzu terhadap Proxy War pada masa perang dingin tentu menurut penulis sangat relevan karena juga dapat mencakup lebih dari 2 pemikiran Sun tzu dalam prosesnya. 

Hal ini juga berdasar bahwa pada kenyataanya Proxy War sendiri yang dimaknai sebagai penggunaan pihak ketiga sebagai perpanjangan tangan dari pihak pertama untuk meraih tujuannya sangat relevan jika disandingkan dengan pernyataan Sun Tzu yang mengacu kepada memenangkan perang tanpa harus ikut turun langsung kedalam peperangan tapi tujuan tetap berjalan. 

Dengan banyaknya keterkaitan antara keduanya maka penulis dapat menyatakan bahwa memang relevansi antara keduanya sangat kuat dan bahkan Proxy War sendiri jika dilihat lebih jauh memang berakar kepada pemikiran Sun Tzu. (Mamford, 2017)

Kesimpulan

jadi dapat disimpulkan bahwa, Setelah berakhirnya perang dunia II, dunia tidak serta dalam perdamaian dan muncul peperangan jenis baru yang disebut perang dingin. Dari proses panjang terjadinya perang dingin yang berakar pada 2 negara adidaya yang saling bersaing untuk menduduki posisi sebagai penguasa dunia mempengaruhi negara lain bahkan yang berada sangat jauh serta melahirkan yang disebut dengan Proxy War. 

Setelah dilihat jauh kebelakang ternyata Proxy War yang selama ini diketahui memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pemikiran-pemikiran Sun Tzu yang dituangkan dalam karangannya dengan judul The Art of War. 

Jauhnya perjalanan karyanya yang bahkan telah melompati garis ruang waktu antara Masehi dan Sebelum Masehi bahkan masih relevan digunakan sampai saat ini. Pemikiran Sun Tzu yang begitu relevan bahkan masih banyak diterapkan negara-negara untuk dapat memenangkan perang di masa perang dingin dan sampai saat ini yang dimana kita ketahui sudah masuk ke zaman industri elektronik.

Daftar Pustaka

Clavell, J. (1988). THE ART OF WAR SUN TZU. New York: Duobleday Dell Publishing Group, Inc.

History.com. (2009, October 27). Cold War History. Retrieved November 29, 2021, from History.com: https://www.history.com/topics/cold-war/cold-war-history

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. (2020). BAHAN PEMBELAJARAN PROXY WAR.

Mamford, A. (2017, November 16). The New Era of theProliferated Proxy War. Retrieved Desember 01, 2021, from The Strategy Bridge: https://thestrategybridge.org/the-bridge/2017/11/16/the-new-era-of-the-proliferated-proxy-war

Mark, J. J. (2020, July 09). Sun Tzu. Retrieved Desember 01, 2021, from World History: https://www.worldhistory.org/trans/id/1-11682/sun-tzu/

Munarji, & I. N. (2018). STUDI ELABORATIF Persepsi dan Prefentif Mahasiswa PTAIN Se-Jawa Timur Tentang Proxy War. Tulungagung: AKADEMIA PUSTAKA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun