Reuni Perak SMA biasa dimanfaatkan oleh para Alumni sebagai ajang temu kangen setelah 25 tahun meninggalkan bangku sekolah, menanggalkan seragam putih abu-abu yang menjadi ciri khas pelajar SMA.Â
Namun, ada sesuatu yang berbeda saat saya diundang untuk meliput acara reuni perak SMA 47 Angkatan 94 di Hotel Arosa tanggal 20 Juli 2019 lalu, apa yang berbeda?
Saat menaiki tangga ke lantai dua Hotel Arosa, terlihat photobooth yang instagramable dengan satu orang fotografer profesional serta satu petugas yang mencetak langsung foto-foto para peserta yang berfoto di area tersebut.Â
Peserta terlihat sangat antusias berfoto, mulai dari yang seorang diri , berdua hingga beramai-ramai dengan teman sekelasnya di waktu SMA dulu. Apalagi pihak panitia menyediakan aksesoris foto berupa topi, rambut palsu hingga tulisan-tulisan yang unik dan lucu serta sangat kekinian.Â
Alhasil, area photobooth tidak pernah sepi mulai dari pagi hingga acara usai. Tentunya ditambah keriuhan suara dan gelak tawa para peserta saat bertemu dengan teman-teman mereka yang telah lama tidak berjumpa.
Para peserta mulai dari Jam 9 pagi sudah berdatangan, bahkan pintu masuk Ballroom tempat acara berlangsung belum dibuka, peserta sudah memenuhi area depan dan dimanfaatkan untuk menyapa teman-teman mereka sambil berfoto bersama.Â
Buat para emak-emak, peserta wanita yang datang, mereka disajikan demo make up oleh para Beauty Advisor Wardah, salah satu sponsor yang mendukung acara tersebut.Â
Ada juga Skala 9 yang  memajang kaos-kaos dengan tulisan menarik dan kekinian hasil produksi mereka yang tidak luput dari serbuan para peserta.
Tepat jam 10 pagi, pintu Ballroom dibuka dan peserta dipersilakan masuk. Peserta disambut oleh seluruh Panitia yang berdiri di sebelah kiri dan kanan sambil bertepuk tangan seolah-olah menyambut tamu penting. Banyak peserta yang terharu atas sambutan panitia tersebut. Mereka merasa dihargai dan diharapkan kehadirannya.
Setelah semua peserta masuk, pintu Ballroom ditutup. Suasana meriah dan bising oleh para peserta tiba-tiba senyap saat lampu dimatikan lalu layar besar (Big Screen) di kiri dan kanan  panggung menampilkan video pembuka dengan kualitas gambar dan tata suara layaknya di bioskop.Â
Video pembuka berdurasi pendek itu menjadi menarik dan mengundang decak kagum serta tepuk tangan meriah dari peserta karena dibuat menggunakan tema serta soundtrack Dari sebuah film yang lagi digandrungi masyarakat seluruh dunia yaitu Avengers : End Game. Saya pun dibuat merinding dan terpukau melihatnya.
Seluruh rangkaian acara tampil dengan sangat baik layaknya sebuah acara konser musik, tertata dengan rapi. Para peserta banyak yang memuji, seperti  pernyataan Bagus Budiharjo, salah seorang peserta: "Acaranya bagus, well organize, ada sisipan pesan moralnya juga yaitu respect to our teacher and pray to our friend whose passed away. Great job lah buat panitia.."
Keberhasilan acara ini tentunya tidak lepas dari kepemimpinan ketua panitianya, Fari Suprada. Ditengah-tengah kesibukannya, saya sempat berbincang dengannya menanyakan proses pelaksanaan acara ini dan ia mengawalinya dengan ungkapan "The Great Team will made A Great Show", lalu ia melanjutkan "Ini bukan pekerjaan satu dua orang, ini hasil kerja keras seluruh tim panitia.Â
Alhamdulillah, saya diberikan kemudahan oleh Allah SWT dengan memberikan orang-orang tangguh, pekerja keras, tahan banting, tebal iman dan bertanggung jawab. Semua panitia memainkan perannya masing-masing ketika saatnya tiba.Â
10 bulan lalu saat tim ini terbentuk, we still have no clue. Bulan Mei, target pemasukan untuk membuat sebuah acara yang meriah baru tercapai 40 persen. Tapi dengan kegigihan dan jibaku para panitia, Allah SWT melihat niat tulus kami untuk membahagiakan teman-teman dan guru, Alhamdulillah dilancarkan semuanya."
Kesuksesan sebuah acara tentu tidak bisa dinilai oleh panitia penyelenggaranya, melainkan pesertalah yang bisa menilai bagaimana acara yang diikutinya sukses atau tidak.Â
Saya sempat menanyakan satu dua peserta yang sedang menunggu giliran untuk foto di Photobooth padahal acara sudah usai, "Enam jam rasanya terlalu singkat untuk melepas rindu yang terpendam selama 25 tahun" kata Shanti, peserta dari Jakarta.
"Alhamdulillah, sukses acaranya, salut. Acara ini berhasil membuat rasa kangen yang dibawa jauh-jauh dari Padang bisa terobati" ungkap Violetta, peserta dari Padang yang sengaja datang khusus untuk acara reuni ini.
"One best Source of energy is friendship. One thing that make friendship stronger is memories. Thanks to All Panitia yang sudah membuat acara ini sehingga saya bisa bertemu teman-teman lama, guru-guru yang dulu mengajar saya juga bernostalgia dengan lagu-lagu zaman dulu" kata Zaenal dengan senyum bahagia.
"Saluuuttt...Ini reuni pertama kali yang dialami oleh guru-guru paling sukses. Selamat untuk semua panitianya" ungkap Pak Jaya, salah satu guru yang mengajar di tahun 1994. Guru-guru pada terkesan dengan perlakuan yang mereka terima selama acara berlangsung.Â
Saat mereka masuk ke Ballroom, seluruh peserta, dalam hal ini adalah murid-murid mereka, pada berdiri menyambut mereka satu persatu. Wajah mereka tampil di Big Screen dan disebutkan namanya.
Masih tentang guru, ada bisik-bisik peserta yang mengatakan bahwa teman mereka yang mendapatkan doorprize sebuah handphone diberikan kepada wali kelas saat ia kelas tiga. Wali kelasnya pun terharu mendapatkan handphone tersebut.Â
Salah satu peserta mengatakan "Handphone itu memang sudah rezeki wali kelasnya cuma Allah menitipkan kepada salah satu anak didiknya untuk memberikan pembelajaran kepada semuanya tentang arti memberi dan berbakti kepada guru yang seyogyanya adalah orang tua kita juga".
25 tahun tentu bukanlah waktu yang sebentar, tidak mudah mengumpulkan teman-teman yang telah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan ada yang tinggal di luar negeri. Passion Of Silver mampu memanggil dan mengumpulkan teman-teman yang tersebar tersebut dalam sebuah acara. Pihak Hotel Arosa pun memastikan bahwa total peserta yang hadir adalah 299 orang. Tidak hanya dari Padang, Lombok, Makassar atau Bandung, ada juga peserta yang hadir dari Australia, Amerika juga Swiss. Bagaimana bisa?
Pramita Handayani selaku Humas dari acara Passion Of Silver bercerita melalui sambungan telepon karena ia tidak bisa hadir disebabkan kakinya terkilir sehari sebelum acara, bahwa ada tiga komponen yang membuat acara ini dapat mendatangkan banyak alumni:
Yang pertama adalah Kordinator Kelas (Korlas). Setiap kelas ditunjuk dua hingga tiga orang menjadi Korlas dan merekalah yang menjadi corong ke teman-teman kelasnya dalam menyampaikan segala informasi seputar reuni.Â
Tidak hanya itu saja, mereka juga mengajak teman-temannya untuk mendaftar sekaligus menagih pembayaran reuni yang telah disepakati bersama. Lelah, kesal dirasakan oleh para Korlas bahkan ada yang sempat menyerah, tapi dengan semangat kebersamaan dan niat tulus untuk membahagiakan teman dan guru, mereka terus berjibaku dan akhirnya kerja keras terbayar dengan kehadiran teman-temannya. Target pendanaan pun tercapai hampir 200 persen dari bujet yang dianggarkan.
Yang kedua adalah kreatifitas. 10 bulan bukanlah hal mudah untuk terus menerus menyemangati para alumni untuk reunian. Segala hal dilakukan, mulai dari membuat profil picture dengan tagline "Gue Ikutan Reuni" dengan desain yang instagramable sehingga mereka bisa memasangnya di status WhatsApp, Instagram juga Facebook. Ini berkaitan dengan komponen ketiga yaitu Promosi.Â
Termasuk dibuatkannya E-Ticket bagi teman-teman yang telah berkontribusi atau membayar iuran reuni. Bahkan, video berdurasi pendek dari para artis yang berisi ajakan untuk datang reuni dibuat oleh salah satu panitia yang memiliki akses ke para artis tersebut. Siapa saja artisnya, bisa dilihat di Instagram Passion Of Silver yang sengaja dibuat untuk keperluan promosi.
Banyak hal menarik yang bisa diceritakan dari acara Passion Of Silver. Makanan dengan cita rasa hotel bintang lima dan pengaturan jumlah makanan yang tidak kurang dan juga tidak berlebih yang dapat menghabiskan bujet anggaran.Â
Doorprize berlimpah dari donasi peserta maupun sponsor dan pengundian doorprize pun menggunakan cara kekinian, bukan sobekan kertas atau dengan bola-bola bernomor, melainkan dengan aplikasi internet. Wajarlah jika akhirnya acara ini menjadi acuan sekolah-sekolah lain yang hendak mengadakan reuni perak.
Sampai akhir acara, Berlodeski, salah satu wakil ketua yang bertanggung jawab sekaligus mengkonsep seluruh rangkaian acara hingga sukses dan memorable untuk semua yang hadir, terlihat lelah karena kurang tidur, Ia langsung istirahat karena malamnya harus kembali ke Bandung. Ternyata jarak tidak menjadi sebuah halangan untuk panitia ini dalam membuat sebuah acara yang berkesan. Salut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H