Dua alat music  dari bahan yang berbeda itu disatukan Epi ke dalam ekspresi yang sejajar. Kedua alat music itu memberi nuansa yang berbeda sekali dari nuansa music yang ada pada bagian awal karya ini. Di sini kepiawaian Epi diuji untuk memahami dua alat music tersebut dan melahir bentuk ekspresi yang berbeda untuk mencapai thema yang berbeda pula pada bagian itu. Dalam hal ini Epi menurut saya cukup berhasil. Adegan ini ditutup dengan dentuman keras genta raksasa.
Suasana yang tadinya tenang menjadi seperti keos. Berbagai alat music dibunyikan saling sahut-sahutan, silih berganti. Bergradasi ke suasana dan bunyi yang saling bertindihan satu sama lain. Akan tetapi genta sebagai alat utama dalam karya ini tetap dipertahankan Epi Martison. Sehingga benang merah dalam karya ini yang ditautkan oleh bunyi-bunyi genta masih dapat dipertahankan.
Adegan perjalanan semakin terasa mencekam menyusul Epi melintas di bawah akar-akar pohon beringin besar. Kita bisa melihat secara artistic dan visual gambar yang dihasilkan begitu sangat kuat. Perjalanan sakral kehidupan yang ingin digambarkan Epi Martison dapat tersampaikan dengan baik.
Kehadiran sosok seorang penari perempuan dalam bias bayangan cahaya lampu yang gelap, memunculkan imajinasi baru akan kehidupan. Karakter penari perempuan berambut panjang terurai yang dibawakan oleh Yuyun mahasiswa tari Lulusan Institut Kesenian Jakarta ini, makin menambah suasana perjalanan hidup semakin kompleks. Di sini dapat kita simbolkan bahwa kehadiran sosok perempuan walau begitu misteri akan tetapi memiliki peran yang sangt penting dalam kehidupan ini.
Â
Adegan perempuan misteri ini dihadirkan Epi melalui efek-efek music modern yang tertata rapi, sangat bereda. Di sini Epi memperlihatkan kepekaan sains music yang ia miliki tidak terbatas pada music tradisi saja. Akan tetapi Epi Martison juga memiliki kemampuan dan mendalami music Modern secara baik.
 Tatapan mata tajam penari perempuan misteri dan gerakan tangan serta tubuhnya yang terus meliuk-liuk, seperti saling bersahutan dengan bunyi lonceng besar yang berirama ajek. Musik dan si perempuan misteri yang dibuat pada cahaya gelap itu seperti berdialog serius dengan bunyi-bunyi yang dihadirkan.
Sekali-kali mereka terlihat saling bertentangan. Disisi lain mereka berjalan beriringan, sehingga suasana bagian ini sangat gemuruh dan mencekam. Hal ini didukung oleh ekspresi Yuyun sebagai perempuan misteri yang juga seorang penari yang memiliki kemampuan teknik menyayi dan menari yang baik. Sehingga adegan ini dapat membawa kita melayang kembali pada multi tafsir akan kehidupan yang sedang disuguhkan Epi Martison.
Ketika perempuan itu menghilang music seperti kembali meninggi, dengan irama yang sulit untuk diikuti. Apalagi untuk sebuah komposisi tari. Jadi pelihan Epi untuk menghilangkan penari pada bagian ini merupakan pilihan yang tepat. Sehingga music kembali menjadi dominan dan dapat disimak kembali.
Musik terus melafaskan kehidupan selanjutnya. Kali ini Epi Martison tak lagi mendayu dalam komposisi musik magis. Akan tetapi melompat pada irama perkusi yang enak untuk didengar dan dinikmati. Bunyi alat music selo dan pukulan alat music gendang hadir pada bagian ini. Walau dinamis akan tetapi tetap menyelipkan renungan-renungan akan kehidupan yang semakin hari semakin terasa sulit. Bunyi genta raksasa terus terdengar satu-satu seiring dengan teriakan dan ocehan perempuan misteri yang terus meliuk-liuk. Semua ingin menyampaikan sesuatu dengan cara masing-masing. Terlihat saling ingin mendahului, tidak mau kalah.
Bagian akhir karya Musik "Genta-Genta Mendut" ini seperti membawa kita kembali merenung akan kehidupan yang sedang kita jalankan saat ini. Genta-genta itu tetap berbunyi. Penanda, pertanda kehidupan itu masih tetap berjalan. Akan tetapi, dimana jalan yang terbaik untuk kita. Semua kembali kepada diri kita sendiri.