Mohon tunggu...
Benny krisnawardi
Benny krisnawardi Mohon Tunggu... Seniman - Menyenagi dunia Seni dan Budaya. IG @bennykrisnawardi

Berkarya dan berbagi untuk semua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hoeriah Adam Tokoh Tari Berpengaruh di Minangkabau

22 Desember 2020   22:18 Diperbarui: 22 Desember 2020   22:25 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : https://sebuahsaja.wordpress.com/

foto : https://sebuahsaja.wordpress.com/
foto : https://sebuahsaja.wordpress.com/
Pada tahun 1955, Hoeriah Hijrah ke Yogjakarta untuk memperdalam ilmu seninya, di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). Namun belum sempat menamatkan kuliahnya, Hoeriah kembali ke Padang Panjang dan menikah dengan guru biolanya Ramudin. Tepatnya pada tanggal 1 Januari 1957.

Setelah menikah kegiatan keseniannya tidak terhenti. Ramudin sebagai suami sangat mendorong Hoeriah untuk selalu berkesenian dan melahirkan beragam karya tari. Baik tradisi maupun tari-tari kreasi baru saat itu.

Dalam suasana pertikaian Pemerintahan Rovolusioner Republik Indonesia (PRRI), sebagai anak bangsa yang mencintai tanah leluhurnya, Hoeriah dan tim keseniannya justru mengadakan pertunjukan di setiap desa di Sumatera Barat. Saat itu Ia tercatat telah mengadakan pertunjukan 112 kali. Diawali pada tanggal 8 Mei 1958 di kota Bukittinggi. 4 hari setelah angkatan perang Republik Indonesia membebaskan kota Padang Panjang dari pendukung PRRI.

Pada tahun 1963, tim kesenian sumatera Barat yang dipimpin oleh Hoeriah Adam, terpilih dan tampil pada Indonesia Cultural Evining, di Istana Olah Raga Bung Karno Jakarta. Tim Hoeriah membawakan tari Sandang pangan, tari Nina Bobok dan tari Sandang Pangan. Pertunjukan tim Hoeriah saat itu cukup sukses dan mendapat sambutan baik. Usai pertunjukan waktu itu membuat tim kesenian yang dipimpin Hoeriah Adam sering mendapat undangan untuk tampil di Jakarta.

Pasang surut berkesenian juga pernah dialami Hoeriah Adam. Puncaknya setelah penumpasan G30SPKI Hoeriah fakum di dunia tari. Untuk sementara ia mengisi waktu dengan melakukan kegiatan melukis. Kegiatan itu ia lakukan sebagai upaya untuk mencari nafkah atau membantu ekonomi keluarganya.

Dalam situasi pergulatan bathin antara karir dan ekonomi keluarga saat itu, Hoeriah mulai merasa kota Padang Panjang tidak lagi dapat menjadi tumpuan untuk mengembangkan karir berkeseniannya. Ia merasa asing di tanah leluhur sendiri. Ia merasa tak diterima oleh sebagian masyarakatnya. 

Maka pada tahun 1968, ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Tak ada yang tahu, bagaimana pahit dan getir hatinya meninggalkan kota kelahirannya saat itu. Ia Hijrah ke Jakarta dengan menitipkan harapan baru akan perkembangan karir dan kelangsungan hidup keluarga yang lebih baik lagi.

foto : tokoh.id
foto : tokoh.id
Mulai  saat itulah Horeiah Adam bergulat dengan kehidupan baru di kota metropolitan Jakarta. Ia mendirikan bengkel tari di Taman Ismail Marzuki, dan banyak melahirkan karya-karya popular diantaranya  yang terkenal adalah Sandra tari Malin Kundang tiga babak. Selain itu ia mengkreasikan tari-tari pendek, seperti tari Payung, tari Pedang, tari Rebana,  dan tari Sepasang Api Jatuh Cinta.

Pada tahun 1971, Hoeriah mulai menjadi tenaga pengajar di Akademi Tari, Teater Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ), dan Akademi Seni Kerawitan Indonesia Padang Panjang. Dengan mengajar di dua tempat ini, membuat ia harus bolak balik naik pesawat antara Padang dan Jakarta.

Sepanjang hidupnya Hoeriah banyak menulis sajak-sajak. Beberapa bulan sebelum akhir hayatnya, ia berkata kepada rekannya. "AKU TAK INGIN MATI DIKUBUR, AKU INGIN MATI HILANG BEGITU SAJA". Begitu kalimat yang ada dalam satu sajaknya, yang bertanggal 24 Maret 1963".

Hoeriah menulis, " TEMPAT TERAKHIR TAKAN DAPAT DICARI, TEMPAT YANG BEGITU NYAMAN, SEJUK BERJUTA MAHKLUK BERUSAHA MENCARI". Sajak ini seakan menjadi kenyataan dalam hidupnya. Pada tanggal 10 November 1971,Pesawat Merpati yang membawa dirinya dari Jakarta ke kota Padang, mendapat kecelakaan, jatuh di pulau Katang-Katang Pesisir Selatan Sumatera Barat. Sejak saat itu sampai sekarang,  Jasat Hoeriah Adam tidak dapat diketemukan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun