Begitu banyak peristiwa yang telah kita lalui selama kurun waktu tahun 2020 ini. Baik secara pribadi, keluarga atau peristiwa yang kita rasakan dan hadapi bersama  sebagai anak bangsa atau warga yang selalu peduli akan pergolakan yang terjadi di bumi Nusantara yang kita cintai ini.
Bila kita kumpulkan dari satu peristiwa ke peristiwa yang dilihat dan dirasakan sendiri tentu tidak terhitung banyaknya. Karena semua itu beriringan dangan perjalan waktu, yang terus  menggiring kita pada berbagai peristiwa dan makna dalam kehidupan kita masing-masing.
Ketika kita diam sejenak sambil membentangkan semua hal yang telah, sedang dan akan dilalui oleh raga kecil kita, terkadang kita sulit memprediksi sejauh mana capaian yang telah kita raih. Hal apa yang sedang dirasa dan apa yang mesti akan diraih. Semua itu berkumpul dalam renungan emosi, ambisi bahkan kesedihan yang teramat dalam. Akhirnya berhenti pada titik dimana kekuatan fisik tak lagi mampu untuk melakukan semua itu.
Sebagai manusia biasa kita disadarkan untuk kembali dapat mengukur kemampuan diri, melakukan apa yang bisa dilakukan, menghentikan angan yang mungkin tak bisa dilakukan oleh energy tubuh sendiri.
Sebagai warga bangsa yang berbudaya, kita dibekali oleh berbagai pola didikan kebangsaan, agar dapat melihat, beradaptasi dan bersosialisi dalam bentuk kegiatan apapun. Hingga kita menjadi manusia-manusia yang berbudaya, pintar dalam menakar kebenaran sebuah bentuk, atau tingkah laku. Semua itu jadi pembekalan diri yang bijak untuk dapat menuju kepada golongan manusia-manusia santun dan bermartabat.
Semua proses pembelajaran itu dilalui tanpa kecuali oleh siapapun. Baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Akan tetapi semua dengan tujuan yang sama. Yaitu kemampuan diri yang terdidik, menguasai berbagai sistim berdasarkan tingkat kemampuan diri yang dimiliki.
Tanpa disadari setiap individu tergiring ke arah yang berbeda-beda, menapaki jalan sendiri-sendiri. Namun disadari atau tidak, setiap perjalanan yang dilalui akan bermuara pada satu titik yang sering kita sebut "Jalan Kebenaran".
Ketika sebagian mereka diberi kesempatan untuk dapat meraih titik itu, disitulah kemenagan hakiki mereka raih. Semua itu tentu tidak mudah. Pasti melalui proses panjang, pengorbanan lahir bathin serta ujian baik buruk yang beragam. Namun itulah tahapan proses dimana untuk meraihnya tidak semudah kita melafaskan kalimat "saya bisa".
Pendidikan kebangsaan berbudaya yang telah dibekali sang guru kepada kita, akan bergantung kepada bagaimana kita mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Berlaku kongkrit dalam bertindak tanduk pada pola hubungan sosial budaya serta peran serta dalam pembentukan pribadi yang selalu mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri.
Saya yakin semua memahami bagaimana agar hal  itu bisa dilakukan secara jujur dan penuh keihlasan. Apalagi untuk membangun kehidupan yang lebih nyaman damai dan saling menghargai.
Ketika proses pembelajaran diri dapat dilalui dengan segala faham kepatutan yang sesungguhnya, tentu akan berdampak kepada kehidupan sehari-dari. Baik buruk tercipta dari tingkat pemahaman pendidikan atau tempaan diri yang telah dilalui. Semua akan mempengaruhi pola berfikir, bertindak atau semua hal yang terkait dengan bentuk hubungan social budaya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Bila  perhatian kita  berpindah pada berbagai fenomena alam berskala kecil sedang atau besar yang dapat merusak berbagai hal dalam kehidupan, maka semua itu akan cepat berbenturan dengan naluri kemanusian yang memiliki rasa ego atau bentuk pertahanan diri dari semua yang menganggu.
Rasanya semua itu seperti hubungan sebab akibat yang sesungguhnya terjadi dengan sendirinya. Jadi apakah semua itu dapat kita terima sebagai suatu sikap atau tindakan yang bisa dibenarkan. Rasanya  tidak semudah itu. Maka kajian-kajian untuk hal ini perlu dilakukan yang sesuai dengan koridor kebenaran dan kepatutan dalam ruang lingkup undang-undang. Terasa rumit ya. Namun itulah hidup manusia sesungguhnya yang mesti kita taati.
Di penghujung tahun 2020 ini, semua persoalan itu mungkin sedang kita lalui atau bahkan banyak yang belum terselesaikan dengan baik. Namun mari kita kembali kepada pembekalan materi para guru kita yang mestinya selalu dimaknai dengan jalur cinta kasih yang suci akan sebuah kehidupan. Terasa nyaman dan sederhana semua itu.
Namun kenapa kini semua menjadi berat, kita terasa sulit dan gagap untuk menjawab tantangan yang sedang kita hadapi, baik gemuruh alam bumi yang terus memberi tanda banyak pembelajaran atau bincang kawan yang terkadang memecah rasa rindu pada bincang pagi menjadi remang senja dan malam hari. Semua jadi terlelap dan tirtidur mendekap nurani yang mulai sulit untuk ditemui.
Selamat Menyambut tahun baru 2021.
Salam Benny Krisnawardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H