Perempuan itu tetap berdiri di awal senja…
Begitu anggun , begitu jelita…
Ia menanam kisah pahit di rahim awan…
Berharap kelak kan lahir sebagai hujan…
Ia terus menghitung sejuta sepi…
Memanggul sejumlah luka…
Mengandaikan damai menepikan hatinya…
Yang terasing di setiap jelajah…
Entah kemana lagi Ia mengumbar hampa…
Cinta pada lelakinya seperti mayat yang di awetkan ,
Tanpa penguburan…
Menjadikannya sebentuk mumi untuk selalu di pandang…
Senja telah berganti malam…
Tapi tidak dengan hatinya…
Yang selalu berontak pada kegelapan…
Saat lelaki lain mencumbuinya….
Kepada senyap ia berucap…
“Hai sepi , hening , atau apapun kamu…!!!
“Kenapa kau biarkan aku berharap…”
Jika melacur tak membuat ingatanku mengendap….!!!
Malam hanya diam…
Sepi hanya diam…
Hening apalagi…
Senyap pun tak menjawab…
Namun seteguh apapun ia memuja…
Cinta baru telah membuatnya mengerti…
Yang terlewati memang tak mudah berlalu…
Yang berlalu pun tak mudah untuk terlewati……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H