Mohon tunggu...
Benni Sang Senja
Benni Sang Senja Mohon Tunggu... Administrasi - Hitam putih kehidupan

Pengelana yang hanya singgah sejenak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Pelangi

4 Maret 2015   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang ia tahu dari pohon itu bahwa pohon itu banyak tumbuh disekitar danau dan ia tidak tahu mengapa jenis pohon itu banyak tumbuh di situ. Pohon itu sangat tinggi dan rindang dan ia memiliki bunga berwarna kuning dan di tengah bunga itu ada seperti korek api tapi berwarna merah dan ada warna kuning dan itulah yang sering mereka lemparkan hingga warna atau tubuh temannya jadi berwarna. Anak-anak perempuan juga senang menumbuk bunga itu karena akan menghasilkan warna kuning dan merah.

Satu hal lagi yang ia tahu tentang bunga itu adalah ketika banyak kabar tersiar ada orang yang tenggelam dan tidak ditemukan berhari-hari hingga masyarakat setempat memanggil dukun. Ia tidak tahu persis yang terjadi saat itu yang ia tahu orang sangat ramai dan tubuhnya yang kecil dan ingin tahu terkalahkan oleh tubuh-tubuh orang dewasa yang berkerumun. Itu adalah alasan kecil mengapa ia ingin tumbuh besar. Ia dengar bahwa dukun itu menggunakan bunga kuning itu untuk menemukan orang yang tenggelam itu. Dukun itu akan mengucapkan mantra dan meletakkan bunga itu dalam air dan entah apa yang mendorong atau yang menarik bunga itu bunga itu akan bergerak di atas air dan kata orang-orang dimana bunga itu akan berhenti dibawah itulah tubuh orang yang tenggelam itu dan akan segera muncul kepermukaan. Dan ia tetap tidak tahu bagaimana bisa hal itu terjadi yang ia dengar bahwa itu terjadi.

Dan yang ia tahu setiap ada orang yang tenggelam akan ada orang yang menaruh daun sirih dan telor ke dalam danau. Dan setiap kali ia berenang dan melihat ada butir telur ia akan selalu berpikir bahwa dulu disitu ada orang yang tenggelam. Ketika ia makin mahir berenang dan semakin mengenal air danau itu ia pun pernah mengikuti orang dewasa berenang mencari orang yang tenggelam.

Ia pernah mendegar orang lain bercerita bahwa orang-orang yang mencari orang yang tenggelam terlebih dahulu akan menggambil harta yang melekat pada orang yang meninggal itu entah itu perhiasan ataupun dompet orang yang meninggal. Ia juga tahu kalau orang yang tenggelam akan tenggukar dan kepalanya mengarah ketempat yang lebih dalam.

Seringkali ia ingin membuktikan hal itu. Pernah juga suatu saat ia melihat seorang ibu yang tenggelam dikerumuni orang banyak, tubuh ibu itu begitu keras hingga tangannya tidak bisa ditekuk selayaknya orang yang meninggal di daerahnya.

Semakin bertambah usianya semakin banyak yang ia ketahui tentang danau, masyarakatnya dan rahasia-rahasia yang ada disekitarnya. Tetapi semakin bertambah usianya semakin ia tidak tertarik dengan semua itu dan perlahan mulai lupa dengan hal-hal yang dulu sering ia tanyakan.

Ketika makin besar ia hanya semakin tertarik dengan uang. Ia tahu alasan semua orang yang ada disekitarnya adalah uang. Ada yang datang dan menghabiskan uangnya untuk menikmati segala yang mereka inginkan. Dan ia tahu apapun yang dilakukan oleh masyarakat di daerahnya adalah demi alasan uang. Uang telah menjauhkannya dari impian-impiannya. Bahkan pelangi dan harta karun itu tidak diingatnya lagi dan ia pun tidak lagi menunggu di dalam air ketika hujan turun. Dan ia tidak mau lagi berenang dan menatap tetes-tetes air hujan yang berjatuhan ke danau.

Ia lebih senang ketika hujan turun ia dan teman-temannya bersembunyi dibagian belakang kapal dan menghisap sepotong rokok. Bahkan ia tidak peduli lagi apa alasananya ia harus sembunyi toh ayahnya pernah melihatnnya merokok di belakang kapal ketika ayahnya melintas membawa kapal boat. Tapi tetap ia tidak berani merokok kecuali dibelakang kapal itu.

Ia bertambah dewasa dan semakin tahu cara menemukan uang dengan cepat. Ketika kecil ia akan berenang disisi kapal dan berteriak koin, koin dan orang yang berada di kapal akan melemparkan beberapa buah uang logam dan mereka akan merebutnya. Tapi ia tahu itu hanya membuatnya capek ia pun berhenti baru setelah tidak ada lagi kapal atau ketika di pagi hari kapal-kapal belum banyak ia akan menggambil kacamata renang dan ia akan mencari uang yang dilempar orang-orang dari kapal yang tidak mampu ditanggkap oleh teman-temannya dan hasilnya pun makin banyak. Dan ia pun semakin mahir untuk menemukan cara menghabiskan uang-uang itu.

Tetapi semakin ia menemukan cara baru menghabiskan uang ia juga harus menemukan cara lain untuk menemukan cara memperoleh uang yang lebih banyak. Bukan sebatang rokok yang dihisap beramai-ramai tapi kini dia membeli sebungkus rokok untuk dirinya sendiri. Dan sesekali ia menghisap yang lebih baik, ia akan membeli sebatang ganja sendirian ataupun bersama teman-temannya. Semakin hari ia semakin membutuhkan uang karena ia butuh uang untuk membeli minuman keras dan untuk mengunjungi pelacur.

Tapi satu hal yang ia tidak sadari bahwa kematian pun mendekatinya. Seringkali orang menemukannya tergelatak dan nyaris kehilanggan nyawa dan orangtuanya pun semakin tua untuk menasehatinya dan mulai berhenti untuk memikirkannya. Hingga suatu hari ketika hujan sangat deras ia dan teman-temannya mencuri beberapa bagian kapal dan menjualnya bukan ini yang pertama dan berbagai cara telah ia lakukan untuk memperoleh uang dan semua orang juga telah tahu. Hari itu mereka berpesta obat-obatan, minuman keras dan menghisap ganja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun