Mohon tunggu...
Benni Sinaga
Benni Sinaga Mohon Tunggu... wiraswasta -

Si Anak Jagung motto : hidup tanpa kawan ibarat pohon tanpa akar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru....

21 November 2012   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:55 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melahirkan Guru Yang Visioner

Oleh Benni Sinaga, SE

Orang yang visioner akan mengerjakan praksis yang berpadanan dengan visi itu.

Visi lahir dari suatu kondisi. Kondisi yang menggelisahkan; kondisi yang menuntut perbaikan atau pemuliahan. Setajam apa visi itu dapat kita ukur dengan setajam apa kepedulian kita terhadap kondisi yang menuntut pemuliahan itu. Visiitu menjadi tujuan sekalipun itu sangat mustahil untuk tercapai. Kita akan melakukan misi dengan langkah-langkah menyelidiki kerusakan-kerusakan dan kebocoran-kerbocoran itu. Visi itu perlu tidak langsung dikomunikasikansebelum kita benar-benar berdiri teguh; melihat dengan jelas visi itu. Setelah merasa teguh dengan visi itu, kita sudah bisa mengomunikasikan kepada orang-orang yang kita anggap merindukan pengejawantahan visi itu.

Sekalipun telah banyak dilakukan pembaharuan-pembaharuan di ranah pendidikan, tetap saja kualitas pendidikan di Indonesia masih dipertanyakan. Memang sih, Indonesia tidak jarangmengirimkan perwakilan untuk mengikuti olimpiade internasional dan menunjukkan prestasi yang lumayan bagus. Tetapi prestasi itu belum bisa dijadikan indikator bahwa pendidikan di Indonesia sudah baik. Kebijakan di bidang pendidikan saja melahirkan polemik.

Orang yang paling efektif untuk memulihkan pendidikan adalah guru. Oleh karena itu, perbaikan di dalam pendidikan harus dimulai dari lahirnya guru-guru profesional dengan semangat pengabdian yang tinggi. Setiap guru harus memiliki visi-keguruan yang jelas. Mereka haruslah orang yang menggelisahkan ketertinggalan pendidikan; membenci kebodohan dan mengajarkan apa arti manusia dan kemanusiaanya.

Tidak sedikit orang yang masuk ke Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah orang yang sama sekali tidak berminat jadi guru. Orientasinya hanya ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri, tidak peduli apa jurusannya. Dan banyak juga mahasiswa calon guru yang memilih masuk ke LPTK, karena profesi guru menjamin masa depan, memiliki waktu luang yang banyak. Tidak banyak kita temukan siswa yang cerdas; menunjukkan prestasi yang tinggi memilih masuk ke LPTK.

Profesi guru sebagai sebuah panggilan mulia yang harus dikerjakan dengan segenap hati. Guru jangan sampai hanya sebuah pelarian. Karena tidak ada pekerjaan lain yang lebih baik, maka akhirnya memilih bekerja sebagai guru. Inilah kekeliruan yang harus dihilangkan. Tugas guru sangat mulia, merajut cita-cita bangsa dan negara kedapan.

Guru cemerlang akan membawa dampak positif dalamkemajuan pendidikan kita. Dan kemajuan pendidikan akan membawa negara gemilang. Seperti pendapat yang menyatakan bahwa kemajuan suatunegara itu di ukur daripendidikanya. Inilah yang harus ditanamkan dalam benakguru-guru agar dapat meningkatkan profesionalnya demi kemajuan pendidikan negara ini.

Untuk menjadi guru profesinal tidak terlepas dari peranan pemerintah di dalamnya. Kebijakan pemerintah dalam pendidikan harus lebih tampak riil dan tepat sasaran. Pemerintah harus lebih serius memperhatikan dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk meningkatkan kualitasnya. Salah satunya dengan memberikan beasiswa kepada guru untuk studi lanjut. Meningkatkan kesejahteraan guru. Sehingga nantinya guru bisa fokus dan tidak menghabiskan waktunya untuk memikirkan urusan perut dan urusan dapur saja.

Saat ini, memang sudah ada program pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi dan kesejahteraan guru. Namun progam ini harus mendapat perhatian yang lebih serius lagi khususnya pada pengawasan. Peningkatan kualitas guru ini jangansampai tidak tepat sasaran. Akhirnya menjadi ’proyek’ pendidikan. Menghabiskan dana yang sangat besar namun setelah sertifikasi hampir tidak ada kontribusi yang dapat diberikaan. Terkesan sertifikasi menghasilkan guru ’profesional’ secarainstan.

Sepuluh hari mengikuti diklat menjadi profesional, mendapat tunjangan keprofesionalan namun tidak ada bedanya dengan yang tidak profesional.Untuk itulahperlu pengawasan yang akurat itu perlu diadakan untukmenindaklanjuti keprofesionalan guru.Untuk menjadikan guru cemerlang demi negara yang gemilang, hendaknya kembali pada panggilan sebagai guru merupakan panggilan mulia. Dan semua pihak, terkhusus pemerintah harus berpedoman pada pembukaan UUD 1945, pendidikan adalah upaya utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbudaya, beriman kepadaTuhan Yang Maha Esa. Serta kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pendidikan bangsa kita ini.

Jargon prima pendidikan Sumatera Utara sekarang menyatakan”pendidikan untuk semua, semua mendidik”. Sangat indah didengarmotto pendidikan yang diberikan dinas pendidikanSumut ini. Bagisaya, jargon ini mengandung makna bahwa pendidikan itu menjadi satu hal yang utama dan menjadi prioritas bagi pemerintah khususnya Sumut. Harapan kita mudah-mudahan ini dapat berjalan dengan baik dan bukan hanya wacana saja

Jika kita mereduksi makna visi keguruan menjadi sebatas profesi saja maka yang terjadi adalah guru yang hanya mengajarkan materi saja. Anak didik tidak benar-benar diberdayakan. Karena tugas guru adalah untuk memberdayakan para murid dan membentuk karakter serta dapat menggali potensi anak didiknya maka jadilah guru yang Visioner.

Penulis adalah Dosen STIE IBMI Aktif di Campus-Concern Medan Sekjen KAMG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun