JAKARTA- MVP Pictures bergandengan dengan Tahir Foundatioan bersiap menghadirkan sebuah mahakarya kepada penikmat film nasional. Menggamit Garin Nugroho, sutradara senior yang paling dihormati dalam pentas perfilman Indonesia dan manca negara, film berjudul Moncake Story bersiap memberikan tontonan sekaligus tuntunan kepada penontonnya.Apa yang istimewa dari film yang didaku Garin sebagai masterpiece-nya saat ini? Apakah gaya penyutradaraannya yang berbeda dengan cara penyutradaraannya di sejumlah filmnya sebelumnya?
Yang dikenal gemar dan acap melakukan pendekatan puitis alihalih pendekatan prosaik? Sehingga lebih suka berbicara via bahasa gambar, daripada bahasa wicara.Yang turunannya mengakibatkan ribuan interpretasi atas estetika gambar yang disajikannya? Atau kali ini, dalam film yang didukung sejumlah nama benderang seperti Bunga Citra Lestari (sebagai Asih) , Morgan Oey (David), Dominique Yose  (Linda kakak David), Melati Zein ( Sekar, adik asih ), Dedy Sutomo  (pakTRI supir David), Kang Saswi  (badut), dan Jaja Miharja  (pak RT), Garin sangat memperhatikan alur berceritanya? Sehingga menjadi jauh lebih runut, meski tidak linear, tapi cenderung mudah dimengerti dan enak dinikmati?
Tanpa harus mengabaikan sisi penyajian bahasa gambar yang menjadi keahlian utamanya.Atau ada faktorfaktor lain, yang membuat film yang isyu utamanya hendak menyampaikan persoalan kerukunan beragama, serta pentingnya nilainilai berbagi antarsesama manusia. Dengan menafikan semua perbedaan latar belakang suku, agama dan ras.Serta memberikan tontonan yang menyajikan makna harmonisasi keberagaman di Indonesia.
Yang pasti, di film yang akan dirlis mulai 23 Maret 2017 itu, nilainilai kemanusian akan dibenturkan dengan cara yang paling halus dan estetik oleh Garin. Dan benturan berbagai persoalan yang menyapa semua pelakonnya, dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi yang sangat berbeda itu, katarsisnya diwakilkan dengan kehadiran Mooncake, atau Kue Bulan.
Kue Bulan yang mempunyai makna sebagai kue kehidupan itu, akan menjadi landasan filosifi film ini. Sebagaimana adab para bijak bestari yang berbunyi,"Semakin banyak seseorang memberi, akan semakin banyak dia menerima", dalam film Mooncake Story, nilainilai kebijaksanaan kehidupan itu, hadir dengan cara yang paling sahaja. Via sejumlah tokohnya yang ada dan memang dekat dengan keseharian kita
Tidak ada tokoh yang berjarak dengan kehidupan dalam film ini. Semua nyata ada dalam keseharian kita, dengan persoalan hidup yang akrab dan dekat dalam keseharian kita pula. Jadi, menonton film ini, seperti menonton kehidupan nyata yang ada dan hadir dalam kehidupan kita. Mooncake Story, lewat sejumlah tokoh yang dihadirkannya, seperti menjadi kaca benggala kepada penontonnya.
Simaklah, betapa Bunga Citra Lestari yang berperan sebagai Asih, joki 3 in 1 dan buruh serabutan pencuci pakaian toko laundry, yang membangun prinsip kehidupannya dengan sangat bermartabat itu, tetap dengan gagah dalam kemiskinan, dengan menjadi tulang punggung bagi adikadiknya.
Demikian halnya dengan tokoh David yang dilakoni Morgan Oey, sebagai orang kaya lama, yang mendadak disapa tragedi dengan cara yang paling tak terduga.
David, tetap berupaya berdiri seolah tetap mensyukuri atas semua yang ditimpakan padanya. Meski istri terkasihnya, baru saja meninggal dunia, dan dokter memvonisnya dengan penyakit Alzheimer. Penyakit yang perlahan melumpuhkan ingatannya dan hanya mengingat dimensi waktu masa lampau sebelum kemudian mengalami kematian.Ketika yang papa berupaya dengan segala dignity-nya mengubah nasibnya.Sementara yang kaya, mencoba memaknai ulang kehidupannya, nasib dengan segala kebesaran dan caranya yang paling elok, akan menunjukkan kuasanya.
Dan semua persoalan kehidupan itu, oleh Garin Nugroho disajikan dengan cara yang paling indah di film Mooncake Story. Sehingga tanpa terasa, nurani kita telah diketuk dengan cara yang paling lembut oleh kehadiran Kue Bulan, Kue Kehidupan. Lalu, Â apa latar belakang pembuatan film ini? Pesan besar apa yang akan disampikan kepada penontonnya dan publik film nasional.
Seberapa kuat pesan sebuah film sampai kepada penontonnya? Mengapa mengangkat tema tentang keberagaman? Apakah ada misi tersendiri? Dan mengapa memilih Garin Nugroho sebagai sutradaranya?