Ketiga, adalah tipologi "Christians oriented to enhancing regional autonomy (ethnic power)". Â Terlepas dari tipologi pertama dan kedua, Gereja-gereja suku yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia mempunyai pandangan khusus, bahwa masa depan gereja-gereja dan umat Kristen Indonesia sangat bergantung pada penguatan otonomi daerah, di mana identitas etnis melekat pada identitas agama. Â Gereja-gereja suku di Papua, Minahasa, tanah Batak, Timor, Maluku dan Toraja menghendaki penguatan otonomi daerah, karena dengan demikian akan terwujud juga penguatan identitas kekristenan di daerah tersebut. Â Menurut penganut tipologi ini, dalam kondisi politik Indonesia yang sangat dipengaruhi kebangkitan Islam politik, orientasi umat Kristen yang memiliki basis kuat di daerah-daerah tertentu bermanfaat dalam kerangka menciptakan "balance of power" sejauh sikap itu berorientasi pada penguatan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI. Â Â
Menurut Pdt. Daulay, tipologi Kristen yang berjuang hanya untuk mempertahankan status quo, dan Kristen apolitik yang hanya memikirkan masalah rohani dan surga agaknya semakin hilang di Indonesia.Â
Sedangkan jika mengacu kepada teori Philip Wogaman, dari ketujuh jenis keterlibatan Kristen dalam politik, umat Kristen Indonesia mengalami lima dari tujuh tingkat keterlibatan itu.
Tingkat pertama, umat Kristen di Indonesia terus berjuang untuk berperan mempengaruhi etos (karakter) bangsa Indonesia, dengan bersikap positif, kritis, kreatif, dan realistis.Â
Tingkat kedua, yakni memberikan pendidikan politik warga gereja mengenai isu-isu tertentu. Â Seperti isu kebebasan beragama, HAM, pembangunan, dll. Â Umumnya dilakukan melalui berbagai diskusi, lokakarya, dan seminar.Â
Tingkat ketiga, yakni memberikan dukungan kepada orang atau partai tertentu (supporting particular candidates for office). Â Â
Contoh tingkat ketiga : Jimmy Oentoro (paling kanan), pendiri dan juga pendeta senior di International Full Gospel Fellowship - Gereja Injil Seutuh International (disingkat IFGF GISI), mendukung paslon Prabowo Gibran, pada tanggal 2 Februari 2024.
Tingkat keempat, adalah keterlibatan Gereja dengan melakukan lobi-lobi politik kepada pihak pengambil kebijakan dan keputusan politik. Â Â
Tingkat kelima, adalah membentuk partai politik berasaskan kekristenan. Â Kehadiran Partai Damai Sejahtera di Pemilu 2004 dan 2009 merupakan contoh sehubungan hal ini. Â Karena kisruh internal, partai ini meredup dan tidak lolos verifikasi administrasi untuk mengikuti Pemilu tahun 2014. Â Â Â Â
Siapa kandidat pilihan Tuhan?