Artikel ini sebagai salinan dari caption IG pribadi saya (yang sewaktu-waktu bisa terkubur seiring popularitas Instagram)
Masih ingat bagaimana antusiasnya kita pada masa penjajakan dengan "Marxisme"?
Aku yakin kita memiliki cerita yang hampir sama, kendati masing-masing dari kita memiliki pandangan berbeda kapan harus berhenti atau beralih dari karya abad 19 tersebut.
Ada yang akhirnya mencair dengan asumsi yang menyatakan Marx adalah "nabi palsu" yang ramalannya meleset sejak runtuhnya rezim kommie Sovyet.
Namun, ada juga yang--sebenarnya--masih bersikukuh di jalan Marxisme dengan penamaan diri yang berbeda, misalnya: anarkisme, libertarianisme, dan kommie.
Ada dua hal yang ingin dilanjutkan oleh 3 varian Marxisme ini:
1. masyarakat tanpa kelas (kemerdekaan individu secara total seperti circle liberal di AS saat ini); dan
2. kediktatoran proletariat.
Russia belakangan menyadari bahwa jalan sejarah Marxisme sudah berhenti sejak Lenin, kendati proses kesadarannya dilakukan secara bertahap dan berangsur sejak Nikita Khrushchev hingga empat dekade setelahnya.
Parade "PERANG PATRIOTIK RAYA" yang dilakukan Rusia setiap tanggal 9 Mei adalah sekaligus mengkampanyekan identitas Rusia yang baru; Rusia sebagai PEMENANG PERANG DUNIA II yang berhasil menembus jantung fasisme Nazi.
Identitas baru Rusia kelak berkonsekuensi terhadap evaluasi sejarah Sovyet dan tentu saja teori Marx dalam perkembangan sejarah dunia (terutama bagi negara-negara dunia ketiga)
Karena caption IG sekarang dibatasi karakter, alinea yang tersisa sebagai misteri ialah:
Benarkah Rusia masih berambisi sebagai penyeimbang ide spiritual dunia modern?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H