Mohon tunggu...
radbenitos
radbenitos Mohon Tunggu... Tutor - Nasionalis peranakan Batak-Jawa

Kawan anti nekolim. Dekmar. Kolom filsafat adalah kenyamanan bagi orang-orang woles maupun jalan ninja bagi clan Uchiha dan penggali sejarah ide.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wakil Presiden Republik Indonesia dalam Falsafah Bernegara dan Berkebangsaan

20 April 2022   04:26 Diperbarui: 20 April 2022   15:18 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Selamat datang di Konohagakure, eh maaf, Republik Indonesia, di mana Wakil Presiden hanyalah jabatan second class sekalipun kekuasaannya tidak bisa dikomparasikan dengan jabatan Presiden Republik Indonesia."

Konklusi yang singkat, padat, dan jelas di atas bisa kita temui dalam konstitusi bernegara kita, yaitu UUD 1945-2002. Silahkan ditenggok, sampai di masa RI menganut UUD 2002, penjelasan akan tugas Wapres hanyalah seorang pembantu Presiden. Maka tak ayal bilamana Bernard Schwartz, seorang pebisnis sekaligus anggota Partai Demokrat Amerika, menganggap bahwa Presiden Indonesia adalah jabatan paling powerfull di Republik Indonesia.

Anggapan Bernard Schwartz cukup mendasar karena ia tidak mengenal konsep yang demikian berlaku di RI dalam sistem ketatanegaraan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, Wakil Presiden pun punya fungsi yang cukup berpengaruh yakni ia adalah jabatan yang lebih tinggi dari Senat (Majelis Tinggi) oleh sebab itu kedudukan Wapres AS acap beroposisi dengan Senat.

Menarik 'kan?, tentu saja. Bagi anda yang tidak familiar dengan Senat, sedikit gambaran bahwa Senat biasanya dianut oleh negara dengan sistem dua kamar (bikameral): upper house dan lower house. Senat berada dalam upper house, di mana mereka adalah kalangan bangsawan (aristokrat); sedangkan lower house atau representatif (DPR) adalah dari kalangan profesi. Sisi menariknya, dengan begitu Wapres AS yang berasal dari kalangan orang biasa dapat berbantah dan beroposisi terhadap kalangan bangsawan. Bukan saja "American Dreams" banget, tapi juga idealnya negara Republik (klik untuk baca: "Apa Itu Makna Republik Indonesia?")

Bicara soal falsafah bernegara dan berkebangsaan, tentunya bahasan kita akan sedikit menyerempet dari inspirasi klasik/kuno yang hidup dan meruang dalam wilayah kesatuan RI. Meski tak sepenuhnya, hal ini diamini oleh Bung Karno sebagai penggali--bukan sebagai pencetus falsafah baru sebuah bangsa--Pancasila.

Dalam catatan sejarah maupun tinggalan arkeologis, tidak pernah ada seorang Wakil Raja (Kerajaan). Raja dalam riwayat nusantara adalah satu-satunya pemegang otoritas tertinggi. Hal ini tergambar melalui peninggalan prasasti-prasasti yang berisi pujian kepada Raja yang dianggap sebagai jelmaan Dewa. Konsekuensinya, Raja tidak memerlukan wakil sebab ia sendiri adalah jelmaan supreme being pelestari kekuasaan kerajaan (dunia materil) dan dunia kosmos.

Setelah Raja, sisanya adalah keturunan biologis Raja, atau bergelar Rakryan Mahamantri Katrini, yang biasanya cuma bisa berebut kekuasaan. Guyonan, tapi fakta. (- -,)

Di sisi lain, kita barangkali menduga bahwa Mahapatih setara dengan Wakil Raja, namun dugaan itu tidaklah tepat. Menurut Pusponegoro, Mahapatih setara dengan Perdana Menteri, artinya ia adalah pelaksana pemerintahan semata.

Alam berpikir klasik tersebut kemungkinan yang terwarisi oleh bangsa Indonesia sampai hari ini. Dengan demikian, Wakil Presiden seakan hanya pengisi jabatan luang sebagai isyarat bahwa Indonesia adalah negara dengan sistem pemerintahan presidensial.

Analogi tersebut cukup masuk akal, sebab seandainya Indonesia sejak era Soekarno-Hatta menerima sistem parlementer secara utuh dengan Perdana Menteri, maka jabatan Wakil Presiden yang diisi oleh Bung Hatta tidak perlu ada; dan Republik Indonesia yang berusia hitungan bulan itu benar-benar serupa dengan gambaran era klasik seperti Majapahit.

Hal itu tentu berkonsekuensi terhadap magnum opusnya Soekarno saat BPUPKI, yang sepantasnya berganti menjadi, "blablabla sebagai falsafah berkerajaan dan berkawula". Hiks.

Meskipun di atas kertas (baca konstitusional) Wapres hanyalah pembantu Presiden, namun setidaknya Indonesia pernah memiliki beberapa Wapres yang terunik dan ikonik.

1. Bung Hatta

Tidak ada yang meragukan kecerdasan Bung Hatta. Beliau sama berapi-apinya seperti Bung Karno dengan penampilan yang kalem dan "nerd". Dalam perbandingan dengan Bung Karno, Hatta terhitung lebih berani yakni melakukan kampanye perlawanan terhadap kolonialisme di tanah Eropa, termasuk Belanda. Hatta kemudian lebih dikenal sebagai pelopor nama Indonesia bersama Perhimpunan Indonesia-nya di antara tokoh-tokoh nasionalis dunia.

Maka tak heran bila Soekarno dipadankan bersama Hatta; yakni mengisi kekurangan Soekarno sebagai tokoh utama yang baru muncul di kancah internasional.

2. Sri Hamengkubuwono IX

Sri Sultan Hamengkubuwono IX barangkali satu-satunya contoh seorang bangsawan di dunia yang mendedikasikan diri sebagai orang No. 2 kantor pemerintahan negara yang berbentuk Republik (Presidensial).

3. Maruf Amin

Sebagai negara tanpa embel-embel Islamic State, Republik Indonesia semakin "unik" karena menjadikan seorang pemuka agama sebagai wakil presiden, meskipun dengan banyak intrik dalam prosesnya dan menghebohkan mancanegara. Uhuy.

==========

NB: Mohon kepada admin kompasiana agar tulisan ini tetap berada di ruang Filsafat bukan Politik, karena dalam perhitungan saya, artikel ini hanya sekadar menjawab pertanyaan asasi (filosofis) "apa fungsi Wapres dalam sistem ketatanegaraan RI?"

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun