Mohon tunggu...
Benito Rio Avianto
Benito Rio Avianto Mohon Tunggu... Dosen - Ekonom, Statistisi, Pengamat ASEAN, Alumni STIS dan UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Blogger, Conten Creator, You Tuber. Stay di Jakarta, tertarik dengan isu Ekonomi ASEAN dan perekonomian global. Aktif menulis di beberapa media. Menyukai pergaulan dan komunitas internasional. Berharap sumbangan pemikiran untuk kemaslahatan bangsa. Bersama Indonesia ASEAN kuat, bersama ASEAN Indonesia maju. https://www.youtube.com/watch?v=Y95_YN2Sysc

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

IPEF, Tatanan Norma dan Standar ala AS dalam Perspektif Indonesia dan ASEAN

26 Juli 2022   09:39 Diperbarui: 28 Juli 2022   09:44 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang dipimpin Joe Biden di Tokyo, Senin (23/5/2022). (Sumber: The Japan Times)

Apa itu IPEF? Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) adalah prakarsa ekonomi yang diluncurkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 23 Mei 2022. Kerangka kerja diluncurkan dengan total empat belas negara anggota pendiri yang berpartisipasi, dengan masuknya Fiji, Pulau Pasifik Selatan pertama yang bergabung, dengan undangan terbuka bagi negara lain untuk bergabung kapan saja.

Pertemuan tingkat puncak tentang peluncuran Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik, 23 Mei 2022 belum lama ini berlangsung. Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mendengarkan para pemimpin lain yang bergabung dalam acara peluncuran Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) secara virtual, di Izumi Garden Gallery di Tokyo, Jepang, 23 Mei 2022. IPEF memiliki empat pilar: Perdagangan, rantai pasokan energi bersih, dekarbonisasi dan infrastruktur, serta pajak dan antikorupsi.

Presiden Biden menggambarkan inisiatif itu sebagai "membuat tatanan/aturan baru untuk ekonomi abad ke-21", yang menyatakan bahwa perjanjian itu akan membuat ekonomi Negara peserta "tumbuh lebih cepat dan lebih adil".

Sekretaris Perdagangan AS Gina Raimondo berpendapat bahwa kerangka kerja tersebut merupakan "keterlibatan ekonomi internasional paling signifikan yang pernah dimiliki Amerika Serikat di kawasan ini".

Para Analis telah membandingkannya dengan Kemitraan Trans-Pasifik (Trans Pacific Partnership-TPP) dimana Amerika Serikat menarik keanggotaannya pada tahun 2017 pada era Presiden Donald Trump.

IPEF dalam Perspektif Indonesia

Para pengamat ekonomi menilai segala bentuk kerja sama ekonomi luar negeri, termasuk Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework-IPEF) berpeluang memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, pemerintah harus bisa memanfaatkan keanggotaan Indonesia dalam IPEF secara maksimal.

Kementerian Perdagangan sebagai Lead Negotiator secara teknis dapat menstrategikan untuk mendapatkan peluang ke depan dalam mempercepat pemulihan proses ekonomi. Jadi tidak hanya sebatas seremoni, namun lemah pada implementasi sehingga ujung-ujungnya Indonesia hanya jadi pasar saja.

Indonesia sebagai negara penghasil komoditas berpotensi tinggi untuk lebih masif memasarkannya ke-12 ke negara anggota IPEF. Apalagi beberapa negara tersebut merupakan mitra dagang strategis Indonesia.

Analis CSIS Indonesia menyatakan bahwa berpartisipasi dalam IPEF akan tetap menguntungkan Indonesia, bahkan jika masih belum jelas komitmen nyata apa yang akan ditawarkan AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun