Mohon tunggu...
Benito Rio Avianto
Benito Rio Avianto Mohon Tunggu... Dosen - Ekonom, Statistisi, Pengamat ASEAN, Alumni STIS dan UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Blogger, Conten Creator, You Tuber. Stay di Jakarta, tertarik dengan isu Ekonomi ASEAN dan perekonomian global. Aktif menulis di beberapa media. Menyukai pergaulan dan komunitas internasional. Berharap sumbangan pemikiran untuk kemaslahatan bangsa. Bersama Indonesia ASEAN kuat, bersama ASEAN Indonesia maju. https://www.youtube.com/watch?v=Y95_YN2Sysc

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sejarah Berdirinya ASEAN dan Peran Indonesia sebagai The Founding Father

25 Juli 2022   16:42 Diperbarui: 25 Juli 2022   22:48 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Berdirinya ASEAN dan Peran Indonesia sebagai Salah Satu the Founding Father

Oleh: Benito Rio Avianto

Ahli Ekonomi ASEAN/Analis Kebijakan Ahli Muda, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian/Ketua Dewan MEA Indonesia

Pada bulan Agustus 1967, di Laem Thaen, Bang Saen Beach, Thailand, 5 (lima) Menteri Luar Negeri Asia Tenggara yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura, selanjutnya dikenal sebagai "The Founding fathers of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)" berkumpul bersama-sama, memelopori teks singkat dan sederhana dari sebuah dokumen berisi hanya lima artikel yang menandai embrio terbentuknya kerjasama di kawasan. Sejarah berdirinya ASEAN diawali karena beberapa kesamaan negara-negara pendirinya serta konflik yang terjadi saat itu.

Para negarawan tersebut duduk bersama-sama untuk membuat sejarah pada 8 Agustus 1967, di ruang utama Gedung Departemen Luar Negeri, Thailand. Pidato dan pesan mereka pergi jauh melampaui masanya, karena mereka mewakili negara mereka dan impian serta aspirasi dari lima ratus juta orang dari negara masing-masing di Kawasan Asia Tenggara.

Kita tidak bisa bertahan lama sebagai orang-orang independen tetapi terisolasi kecuali kita berpikir dan bertindak bersama-sama dan kecuali kita membuktikan perbuatan yang kita milik sebagai keluarga bangsa-bangsa Asia Tenggara Demikian disampaikan Tun Abdul Razak, Deputi Perdana Menteri Malaysia. Tahun 1960-an merupakan masa-masa yang sulit bagi negara di Asia Tenggara. Ada sejumlah perselisihan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal.

Ekonomi terfragmentasi di Asia Tenggara, dengan masing-masing negara mengejar sendiri terbatas tujuan dan menghilangkan daya dalam upaya saling tumpang tindih atau bahkan bertentangan yaqng akhirnya membawa benih kelemahan. Untuk itu ASEAN karena masih belum dimanfaatkan potensi wilayah yang kaya ini melalui tindakan membuka peluang lebih besar, demikian pernyataan H.E Narciso Ramos, Sekretaris Kementerian Luar negeri Filipina.

H.E Adam Malik, Presidium Menteri untuk Urusan Politik dan Menteri Luar Negeri Indonesia membayangkan bahwa wilayah ASEAN yang dapat berdiri di atas kaki sendiri, cukup kuat untuk mempertahankan diri melawan pengaruh negatif dari luar wilayah. H.E Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Republik Singapura menyatakan kita harus tidak hanya memikirkan kepentingan nasional kita tetapi menempatkan mereka terhadap kepentingan kawasan: itu adalah cara baru untuk berpikir tentang masalah kami.

Pada hari itu, 8 Agustus 1967, mereka para pendiri ASEAN menandatangani Deklarasi Bangkok yang ditetapkan dalam gerakan pembentukan organisasi regional yang dikenal sebagai Association South East Asian Nations (ASEAN) sebagai "kerjasama kolektif yang mewakili bangsa-bangsa Asia Tenggara" untuk mengikat diri bersama-sama dalam persahabatan dan kerjasama dan melalui usaha dan pengorbanan bersama, aman untuk bangsa mereka dan generasi mendatang berkat perdamaian, kebebasan dan kesejahteraan.

Menteri luar negeri Kerajaan Thailand, Thanat Khoman yang membesarkan ide ASEAN untuk rekan-rekannya dari Malaysia dan Indonesia mengatakan  bahwa apa yang kita telah putuskan hari ini adalah hanya permulaan kecil dari apa yang kita harapkan akan menjadi keberlangsungan yang lama dan terus menerus, serta orang-orang yang akan bergabung dengan kami kemudian dan generasi yang akan datang dapat dibanggakan.

Selanjutnya Brunei Darussalam kemudian bergabung pada 7 Januari 1984, Viet Nam pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999, menandakan lengkapnya lengkapnya kesepuluh negara di Asia Tenggara bergabung dalam ASEAN.

Pendiri ASEAN Indonesia

Indonesia berkontribusi penting dan merupakan salah satu pendiri (the founding father) ASEAN.  Sejarah mencatat, saat itu Indonesia diwakili oleh Adam Malik selaku Menteri Luar Negeri.  Apalagi saat itu kehadiran Adam Malik mewakili Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dari sisi luas wo;ayah dam penduduk. Untuk itu, sangat disarankan untuk mengenal tokoh tersebut. 

Adam Malik atau nama lengkapnya Adam Malik Batubara, lahir dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis di Pematang Siantar, Sumatra Utara pada 22 Juli 1917. Beliau memulai karirnya sebagai wartawan. Pada 1937, Adam Malik dan rekan-rekannya mendirikan ANTARA yang kelak menjadi kantor berita nasional. Ia terlibat dalam kemerdekaan dan mendirikan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (MURBA). Pada tahun 1959, Adam Malik menjadi duta besar Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia. Di era Presiden Soekarno, beliau menjabat Menteri Perdagangan sebelum menjadi Menteri Koordinator Pelaksana Ekonomi Terpimpin  yang sekarang merupkan cikal bakal berdirinya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Pada masa Orde Baru, Adam Malik diberi jabatan Menteri Luar Negeri. Adam Malik dijuluki Si Kancil (bertubuh kecil, tapi cerdik) mendampingi Presiden Soeharto pada periode 1978-1983.

Sekretariat ASEAN di Jakarta

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Pertama di Bali tahun 1976 yang  merupakan kehormatan bagi Indonesia, salah satunya kesepakatan yang dicapai adalah  Agreement on the Establishment of the ASEAN Secretariat. Inti dari keputusan sidang tersebut di antaranya adal;ah penetapan kedudukan Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia. Secara resmi Sekretariat ASEAN berfungsi sejak tanggal 7 Juni 1976. Hal ini tentu saja didukung oleh kepiawaian para diplomat Indonesia pada KTT tersebut untuk menentukan lokasi Sekretariat ASEAN di Jakarta.  Walaupun ASEAN di deklarasikan di Bangkok, Thailand, tetapi penunjukan Jakarta sebagai lokasi Markas Besar ASEAN memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia.

Saat ini Sekretariat ASEAN telah berdiri dengan megah dengan mempunyai 2 (dua) tower yang berdiri megah dan luas lahan menggunakan eks Kantor Walikota Jakarta Selatan. Hal ini seiring dengan makin luas dan berkembangnya berbagai Kerjasama ASEAN.  Bahkan saat  ini tercatat ASEAN telah memiliki 60 duta besar baik negara anggota, mitra wicara, dan organisasi internasional lainnya.  Hal ini sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia=ASEAN 2011 yakni ASEAN Community in a Global Community of Nations. Bahkan pada masa Keketuaan Indonesia tahun 2011 tersebut, Jakarta telah ditetapkan sebagai the Diplomatic Capital City of ASEAN.

Rekomendasi

Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga dengan adanya Sekretariat ASEAN di Jakarta, hal ini menandakan Jakarta berkedudukan sejajar dengan kota-kota lain di dunia yang menjadi pusat sebuah organisasi internasional. Berdirinya Sekretariat ASEAN di Jakarta merupakan kebanggaan dan prestige tersendiri bagi bangsa Indonesia. 

Keberadaan Sekretariat ASEAN dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi para siswa, mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat, peneliti, kalangan pebisnis, serta kelompok lainnya untuk mempelajari ASEAN.  Bahkan Sekretariat ASEAN sering membuka lowongan pekerjaan baik yang bersifat staf lokal khusus bagi Warga Negara Indonesia, maupun yang ditujukan untuk warga Negara Anggota ASEAN.  Hal ini tentu saja perlu kita manfaatkan dan berpeluang meningkatkan kualitas SDM Indonesia berkualitas global.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun