Hype dan Tekanan Media: Pemain yang lebih dikenal atau dihubungkan dengan klub-klub besar mungkin dihargai lebih tinggi karena eksposur media yang besar, meskipun statistik performanya tidak selalu mendukung harga tinggi tersebut.
Faktor Eksternal Non-Statistik
Durasi Kontrak: Pemain yang memiliki sisa kontrak panjang dengan klub mereka sering kali memiliki nilai pasar yang lebih tinggi meskipun statistik mereka tidak sepenuhnya mendukung hal tersebut. Sebaliknya, pemain yang mendekati akhir kontrak mereka mungkin dijual dengan harga yang lebih rendah meskipun mereka berada dalam puncak performa.Â
Cedera dan Riwayat Medis: Meskipun ada analisis statistik tentang risiko cedera, dampaknya sulit diprediksi secara sempurna. Pemain yang memiliki riwayat cedera sering kali mengalami fluktuasi nilai pasar yang besar, yang tidak selalu mencerminkan performa di lapangan.
Kondisi Pasar yang Tidak Terduga
Krisis Finansial dan Faktor Ekonomi Global: Fluktuasi pasar akibat kondisi ekonomi, seperti pandemi COVID-19, dapat mempengaruhi nilai transfer secara besar-besaran. Pada kasus ini, model statistik sering kali tidak bisa memprediksi pengaruh eksternal yang tiba-tiba dan drastis.Â
Inflasi Pasar: Ada periode di mana pasar transfer mengalami inflasi besar-besaran (seperti ketika Neymar dibeli oleh PSG dari Barcelona dengan rekor dunia), yang dapat membuat nilai pasar pemain menjadi tidak stabil.
Perubahan Taktis atau Formasi
Kadang-kadang, perubahan dalam cara tim bermain atau perubahan posisi seorang pemain bisa membuat nilai pasar mereka berubah secara signifikan, dan hal ini sering kali tidak langsung tercermin dalam statistik dasar. Misalnya, seorang bek yang tiba-tiba menjadi lebih berperan dalam menyerang bisa meningkatkan nilai pasarnya.
Studi Kasus: Kelebihan dan Kekurangan
Kylian Mbapp adalah contoh di mana statistik dan nilai pasar sangat sesuai. Performa luar biasa di lapangan, kombinasi gol, assist, kecepatan, usia muda, dan potensi besar mencerminkan nilai pasar tinggi berdasarkan model statistik.Â