Kesimpulan
Hubungan antara proses naturalisasi pemain sepak bola keturunan Maluku dan runtuhnya sentimen RMS di Belanda mencerminkan dinamika sosial yang kompleks. Suksesnya para pemain sepak bola keturunan Maluku di Belanda memperlihatkan bagaimana olahraga dapat menjadi alat untuk meredakan ketegangan identitas dan mengintegrasikan diaspora ke dalam masyarakat yang lebih luas. Proses ini turut berkontribusi pada berkurangnya dukungan untuk ideologi separatis RMS di kalangan generasi muda Maluku di Belanda.
Kesuksesan Timnas Garuda yang diisi oleh pemain keturunan Maluku, terutama dari Belanda, mencerminkan potensi diaspora untuk berkontribusi secara positif bagi Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa meski tinggal jauh dari tanah air, mereka masih memiliki ikatan kuat dengan Indonesia, dan ini semakin mengikis sentimen separatis Republik Maluku Selatan. Sepak bola berperan sebagai alat pemersatu yang membantu menjembatani perbedaan politik dan identitas, sekaligus memperkuat persatuan dan loyalitas terhadap Indonesia.
Naturalisasi yang dilakukan pemerintah lewat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), bukan hanya untuk mengangkat karkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai Negara pecinta sepak bola, tetapi lebih dari itu, ibi merupakan cara yang efektif untuk meredam gerakan nseparatis RMS yang masih eksis di Belanda. Â Bahkan dengan kedatangan para pemain naturalisasi tersebut, tensi ketengan politik akibat RMS dapat mereda saat semua orang di Indonesia dan Belanda hanya berpikir untuk menjadi pemenang dalam kejuaraan Asia (AFC) maupun level dunia (World Cup), dan melupakan urusan politik RMS yang semakin melemah. Â Bravo Erick Thohir Bravo PSSI dan KNVB, Bravo Timnas Garuda, road to WC 2026.
:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H