Mohon tunggu...
Beni Suryadi
Beni Suryadi Mohon Tunggu... -

Sekarang bekerja dan bermain menikmati hidup di Jakarta. Sesekali senang menulis tentang berbagai hidup dan semua hal yang berhubungan di blog http://benisuryadi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serangan Sahur dari Malaysia

29 Agustus 2010   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sehebat-hebatnya pak RT Saya, tetap saja beliau adalah seorang manusia biasa yang butuh teman curhat. Dan entah kenapa, kali ini, giliran Saya yang harus duduk manis mendengarkan curhat pak RT. Perasaan sungkan karena tidak pernah ikutan ronda dan cuma datang kalau ada acara makan-makan gratis, membuat Saya memaksakan diri untuk tabah mendengarkan curhat beliau. Ya, hitung-hitung amalan di bulan puasa.

Tidak seperti biasanya, pembicaraan permasalahan lokal RT, kali ini beliau curhat tentang kegundahan akan Malaysia. Wah, berat ini, pikir Saya. Jangan-jangan pak RT mau daftar jadi relawan Ganyang Malaysia. Bukannya Saya lebih mengutamakan kepentingan RT di atas kepentingan nasional, cuma kalau pak RT berangkat, siapa lagi yang mau ngurusin RT ceria ini. La wong, sudah tiga kali pemilihan cuma beliau calonnya dan bersedia.

Ramadhan yang sebentar lagi akan berakhir membuat pak RT semakin gundah karena setiap kali sahur bersama keluarga, pak RT dan keluarga selalu saja diserang oleh Malaysia. Wah, Saya jadi terpancing emosi mendengarnya. Bagaimana bisa pak RT Saya diserang Malaysia. Permasalahannya pasti berat ini.

Ternyata dugaan Saya salah. Ternyata masalahnya ecek-ecek semata. Cuma urusan tayangan tivi di waktu sahur. Pak RT cerita, kalau setiap kali sahur bersama istri dan dua orang anaknya yang masih kecil, mereka terpaksa melakukannya sambil menonton Upin Ipin. Ya, Upin Ipin, serial animasi terkenal karya Malaysia.

Si pak RT sebenarnya mau nonton acara di stasiun berita tertua, ada acara menarik tentang perbankan syariah. Tetapi anak dan istrinya protes. Terlalu berat bahasannya jika ditonton sambil makan sahur yang masih dipenuhi rasa ngantuk tersebut.

Si ibu RT mau nonton pengajian dari si Mamah yang terkenal tersebut di sebuah stasiun tivi. Tetapi si pak RT dan anak-anak tak hentinya tertawa mengdengarkan suara sengau si Mamah yang membuat si ibu RT jadi jengkel.

Si kakak mau nonton acara lawak dari artis-artis terkenal. Ada beberapa stasiun televisi yang menayangkan acara serupa lengkap dengan artis-artis terkenalnya. Penasaran, si adik sebenarnya juga ingin. Tetapi pak RT dan istrinya tidak akan pernah mengizinkan karena lawakan tersebut hampir sepenuhnya diisi dengan acara saling ejek dan perilaku laki-laki yang meniru-niru wanita. Sesuatu yang sangat tidak disukai sekali oleh kedua orang tua tersebut dalam mendidik anak mereka.

Satu-satunya pilihan yang tersisa, yang juga adalah pilihan kesukaan si adik, serial si Upin dan Ipin. Di serial ini, begitu banyak nilai kebaikan yang disampaikan secara bijak, tidak dengan menggurui ataupun menceramahi. Si Upin dan Ipinnya sendiri memang masih anak-anak, tetapi penyajian cerita dan tampilan gambar yang cukup baik, juga mengundang minat orang dewasa. Anak-anak mendapatkan hiburan dengan menonton acara kartun kesukaan mereka. Sedangkan orang dewasa bisa sekalian mengajarkan setiap nilai kebaikan dari acara tersebut kepada anak-anak mereka. Bahkan tak jarang, dengan menonton serial ini kita diingatkan oleh nilai-nilai agama yang selama ini kita lupa

Pilihan yang sangat baik, bukan?

Jadilah, sejak dari sahur hari pertama sampai hari ini, dan bisa jadi sampai Ramadhan nanti selesai, pak RT dan keluarganya akan selalu sahur dengan ditemani oleh serial kartun produksi negara tetangga Malaysia ini, negara yang belakangan ini cukup membuat panas hati rakyat Indonesia akibat beberapa tindakan mereka.

Apa mau dikata.

Ternyata kita sendirilah yang membuat lemah diri kita. Kita sendiri pulalah yang membiarkan negeri ini tumbuh tanpa nilai. Kita sendirilah yang terlalu dikuasai nafsu ekonomi yang membuat lupa akan jati diri.

Kalau gara-gara serangan fajar saja kita sering kalah, apalagi ini, serangan di saat Sahur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun