Oleh Benis Rizky Ristoyo
Sebagai seorang pelajar, kita memiliki kewajiban bersekolah untuk mencari ilmu. Dengan belajar kita bisa mendapatkan ilmu dan kepintaran atau kecerdasan untuk kita sendiri, hal ini juga menguntungkan diri kita sendiri.
Dalam konsep pendidikan, tujuan pendidikan itu untuk meletakkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup secara mandiri dan mengikuti berbagai pendidikan.
Hal yang paling simbolik dalam pendidikan berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Namun banyak diantara para pelajar seringkali merasakan hal malas untuk belajar, mengapa kita bisa malas? mungkin banyak diantara para pelajar seringkali kelelahan untuk belajar hingga mereka seringkali menimbulkan rasa malas bagi mereka. Di puisi ini yang berjudul "Sekolah di Pulau Kelapa" karya Imam Budiman. Mengajak kita untuk berpikir mengenai belajar dan menuntut ilmu selama ini.
Sebuah sekolah sedikit daratanÂ
Halamannya laut dan langit terbentang
Sejauh mata menghadang di lazuardi
Pada bait pertama puisi "Sekolah di Pulau Kelapa", penulis menerangkan kita mengetahui tentang adanya beberapa sekolah yang berdiri di sebuah pulau-pulau kecil.Â
Pulau adalah tempat yang memiliki daratan yang kecil, dengan dikelilingi lautan yang terbentang luas dan langit langit yang terbentang luas juga, kita pun bisa melihat keluasan dunia yang kita tinggali ini.
Disana juga tidak ada sarana transportasi mesin beroda dua dan empat seperti motor atau pun mobil, disana hanya ada banyak perahu-perahu nelayan yang sering kali berlayar diatas lautan untuk mencari ikan. Seperti penulis gambarkan pada bait selanjutnya.
Tiada roda empat, pula jalan aspal
Motor matik melupakan masa lalu
Menanggalkan spion di kepalanya
Salah satu masalah para pelajar untuk mendapatkan pendidikan dan bersekolah di aulau kecil, mereka seringkali kesusahan untuk menyebrangi pulau ke pulau lain. Dengan ada perahu atau pun kapal mungkin mereka bisa mengatasi masalah tersebut.
Bagaimana jika ada badai di lautan? Mungkin itu juga akan menimbulkan masalah besar lagi bagi mereka. Di lautan seringkali terjadi badai jika cuaca sedang buruk seperti hujan deras. Mungkin jika ada perahu atau kapal yang memaksa untuk menyebrangi pulau lautan di saat badai, mereka akan lenyap dimakan oleh ombak. Pasti diantara mereka banyak yang kesusahan untuk mendapatkan pendidikan dan banyak yang memutuskan untuk berlibur sementara. Beginilah penulis mencoba mengingatkan kita tentang ini.
Pada jam istirahat, ditambahkan kapal mesin
Dan perahu milik nelayan. Seragam hari Senin
Disapu terik, anak-anak berebut membeli jajan
Kepada seorang perempuan muda bermata
Indah penjual mie instan dadakan
Selain itu, penulis pun mengajak kita untuk dapat memakai proses pembelajaran di sekolah yang berada di pulau kecil. Hal ini mungkin sulit bagi para pelajar untuk belajar, namun seorang guru pun mengalami hal yang sama. Seperti dalam kutipan berikut.
Di kejauhan seorang guru berwajah datar
Memantau di depan pagar barangkaliÂ
Menyimpan amarah, mungkin pula
Sedikit Kesepian
Meskipun guru seringkali memarahi para muridnya karena melakukan kesalahan, tapi guru akan kesepian jika tidak ada murid yang dia ajar. Puisi ini mengajarkan kita untuk menyemangati para pelajar untuk menempuh pendidikan yang berguna. Selain memberikan kita semangat. Puisi ini pun dapat memberi kita perasaan yang sebenarnya bagi para pelajar. Banyak diantara mereka yang bersekolah di pulau kecil yang kesusahan, tapi mereka selalu bersemangat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan kita. Lantas kenapa kita sering  bermalas-malasan meskipun kita mendapatkan kemudahan untuk bersekolah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H