Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Cancel Culture" adalah Sebuah Konsekuensi

8 September 2021   14:23 Diperbarui: 8 September 2021   22:43 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu teori, tapi apa yang terjadi? Media sosial memanfaatkan kelulusannya untuk sebuah acara bincang-bincang atau apalah, entah apa yang ingin diketahui selama di "pondokan".

Bila di luar negeri, kasus pencabulan anak di bawah umur sudah habis masa depannya. Masa tahanan lama dan masa "berdirinya" dimusnakan agar menjadi contoh bagi para pelaku kekerasan seksual pada anak di bawah unur untuk tidak coba-coba berbuat jahat.

Seharusnya seorang pelaku kejahatan  yang sudah bebas dari tahanan untuk sementara waktu tidak perlu terlalu merasa senang karena bisa merasakan bahagia kembali bebas dari sebuah "kurungan", belum tentu bisa bebas dari penilaian publik. Menunjukkan rasa penyesalan itu lebih baik dari pada cengar cengir seperti sang juara.


Rabu, 08 09 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun