Takada yang tidak merasa cemas dalam menghadapi pandemi Korona, ketenangan sebagai kunci utama harus selalu dihembuskan bukan hanya ketegangan.
Vaksinasi untuk melawan Korona sudah digadang-gadang dari beberapa bulan lalu. Bahkan petugas Puskesmas sampai jemput bola dengan mendatangi tiap RW dan kelurahan, tetapi yang dicapai tidak seperti yang diharapkan.Â
Informasi rumah sakit yang menerima rujukan untuk vaksinasi juga mulai disebar luaskan di grup RT, PKK juga Posyandu. Tidak ada tanggapan yang berarti, Â semua makin mengkeret, ketakutan itu pasti ada dalam diri setiap orang, Â apa lagi saya.Â
Bukan karena berita hoax dari WAG atau media sosial, Â tapi banyak berita nyata seseorang mengalami ini dan itu setelah menerima vaksin. Berita kematian satiap hari ditayangkan, Â berita orang meninggal setelah vaksin juga berseliweran. Reaksi masyarakat pasti ada rasa takut, bingung dan sebagainya, Â galau tingkat dewa.Â
Saya sendiri punya rasa cemas yang lumayan dari kecil, bukan abai terhadap aturan pemerintah, berharap ada solusi lain untuk melawan virus korona, sebenarnya saya ingin vaksin yang buatan orang Indonesia sendiri. Ya semboyan aku cinta buatan Indonesia mungkin masih melekat dalam jiwa.Â
Pemerintah juga menyiarkan baik radio dan televisi untuk para pekerja luar kota, Â yang melakukan perjalanan jauh dan pemakai transportasi kereta api, Â bus, kapal mau pun pesawat harus membawa kartu vaksin, atau menunjukkan keterangan telah divaksin dimulai tanggal 3 Juli kemarin. Aruran makin diperketat karena kurva kasus Korona tidak segera melandai dan mulai ada varian baru.Â
Mendengar kabar itu masyarakat mulai menyerbu Puskesmas, saya mendapat informasi dari grup WA ada yang tidak kebagian nomer antrean dan harus kembali esok harinya. Yang lebih mengejutkan mereka rela antri dari jam 5 pagi. Itu terjadi Selasa 06 Juli 2021 kemarim di Puskesmas Mojolangu. Sedang untuk hari ini 08 Juli antrean dimulai dari pukul 04.00.Â
Yang sudah mendapat nomer antrean dari pagi dianjurkan untuk pulang dahulu agar tidak tegang, sekitar 90 menit kemudian datang lagi untuk divaksin. Ada juga adegan susup-menyusup memotong antrean yang lain, Â demi ingin segera mendapatkan suntikan vaksin. Jangan takut kehabisan, Â Indonesia sudah bisa membuat vaksin sendiri bukan?Â
Aturan PPKM ketat memang jitu,  dengan memberikan persyaratan wajib mempunyai kartu vaksin bagi siapa saja yang sering berkegiatan di luar ruangan, maka masyarakat mulai berusaha mendapatkan suntikan itu. Sebentar lagi sudah masuk kegiatan belajar mengajar walau saya  paranoid mau tidak mau harus mau.Â
Untuk mendapatkan vaksinasi saya harus benar-benar dalam kondisi tenang dan tidak tegang atau tidak merasa tertekan. Beberapa kali tawaran vaksinasi saya tolak. Saya harus meyakinkan diri bahwa semua aman dan baik-baik saja.