Diperkirakan dibangun oleh para pemuka agama Budha di masa itu, Ginadharma pada masa kejayaan Syailendra.Â
Satu tahun lalu saat ada kesempatan saya pertama kali menginjakkan kaki di Candi Borovudur, Â dan melihat selintas dari relief yang ada, dalam pikiran saya berkata bacalah maka akan ditemukan cerita panjang yang mungkin cerita ini bukan hanya kisah sejara, tapi juga kisah masa depan yang sudah tertangkap oleh pendiri candi.Â
Karena keterbatasan waktu, saya hanya melihat gambar sekilas-sekilas saja. Masih jelas dalam ingatan seolah relief itu berkata pada saya, Â "lihat dan bacalah, lihat dan dengarlah."Â
Pada relief candi ada cerita tentang keyakinan, Â ekonomi, pengetahuan alam, Â sosial dan budaya, yang diperlihatkan dengan menunjukkan beragam alat musik yang pernah ada dari masa ke masa, kode untuk sebuah karya seni telah ditangkap oleh para musisi, Â mereka membaca dari nilai seni yang disampaikan pada dinding candi.Â
 Dari alat musik saja kita bisa mengetahui berapa panjang perjalanan sejarah yang sudah dilewati. Relief di dinding candi begitu detail berkisah tentang seni dan alat musik dunia. Borobudur merupakan pusat musik dunia. Menakjubkan!Â
Sound of Borobudur bukan hanya tentang suara, Â bukan hanya tentang sejarah, dia bercerita tentang peradaban dahulu kala, Â kini dan mungkin akan datang. Dia telah berbisik pada dinding waktu, Â dia mengirimkan kode-kode. Bila belum ada yang bisa menterjemahkan maka dia akan terus bersuara, menggema pada relung-relung jiwa yang memahaminya.Â
Tanpa kehendak dari Yang Mahakuasa, Borobudur tidak akan pernah ada. Kita kagum atas ciptaan-Nya, Â melalui tangan-tangan para utusan di muka bumi.
Dengarkan dengan hati, dengarkan dengan pikiran, dengarkan dengan jiwa raga, Borobudur menyuarakan masa dan kisahnya pada semesta.
Salam
Ramadan Mubarak, Â 11 Mei 2021
Swarna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H