Kubasahi kedua tapak tanganku dengan gigil: adakah kemarin aku telah memegang sesuatu yang bukan hakku, jemariku mengirimkan pesan yang hanya memercikkan api
Kubersihkan mulutku dengan gemetar: mungkinkah pagi tadi lidah dan bibirku membuat kerabat, teman dan tetanggaku terbakar. Sunggih sebuah penyesalan besar bila itu memang benar
Kubasuh mukaku. Mungkin kemarin takbisa ramah pada semua orang, hingga terlihat suram dan kusam. Aku takingin wajah ini tak bersinar dan terbakar.
Mungkinkah mataku telah memandang yang salah, takingin pandanganku bernanah
Kualiri kedua tanganku hingga siku, Â tak hanya sekedar membasahi, meluruhkan kotoran yang masih melekat, aku takut masih ada sisa-sisa ketidak elokan
Kubasuh ujung kepalaku, aku merasa bila pikiran buruk telah merjadi sumber dari kesalahan yang kubuat
Betapa keruh yang kulihat
Kubersihkan telinga ini apakah telah kudengar kalimat buruk yang menghasut, kubasuh agar hanya panggilan dariMu yang mampu menyejukkan hati, aku takkuasa bila tertutup dan sepi
Kusiram kedua kakiku dengan kesejukan, andai kemarin aku telah menapak di atas duri dan kerikil tajam, dan kulihat begitu banyak jejak kekhilafan.
Tuhan, pada-Mu aku bersimpu, Â pada-Mu kutenggelamkan jiwaku, hanya pada-Mu rukuk dan sujudku
Betapa kecil dan lemah diri ini dihadapan-Mu.
Aku menghadap sepenuh hati, membersihkan diri,  padaMu dzat yang mencintai langit dan bumi, yang  Mahasuci dan menyucikan,  yang mengampunkan dan menghapus segala dosa
Segala puji atas segala hal
Ingin kupetik semua kejernihan dzat
Kusiramkan dalam ruh jiwaku
Segala urusanku ada di tangan-Mu
Kupungut ribuan butir-butir kasih dan sayang yang bertebaran di muka bumi hanya mengharap ampunan dan ridho-Mu
Kepada yang Mahaberkehendak
Dan pintu langit yang telah terbuka
Di singgahsana Kau memandang semesta
Menanti jiwa-jiwa yang bersuci menengadah di pagi dan malam hari