Membahas tentang tradisi sahur pasti banyak ragamnya, dari tradisi interen hingga lingkungan sekitar. Saya akan berkisah ketika SMA saja ya, serunya menyiapkan makan sahir sendiri, gak tanggung-tanggung masaknya dengan tungku, selain memakai kompor minyak.Â
Tidak ada keluhan sama sekali saat harus menjadi koki menyiapkan makan sahur, Â ibu sedang sakit dua kakak perempuan berada di kos-kosan karrna sedang ujian mereka tidak bisa pulang. Tanggung jawab buat saya untuk bisa memasak sebisanya.
Jam weker adalah teman setia membuat mata saya harus melek pada jam dua dini hari, bagaimana dengan patrol keliling?  Ada karena di desa cara patrolnya pun sederhana, hanya memakai botol minuman bekas dan kentongan kecil  dari bambj, itu pun tidak setiap hari.
Saya tidak bisa mengandalkan orang patrol sebagai tanda untuk segwra bangun, Â jadi jam weker lah yang menjadi senjata saya agar segera membelalakkan mata.Â
Terasa dingin udara dini hari, tungku segera saya nyalakan, kalau ingat masa itu wow betapa serunya,  meniup-niup bara agar segera menyala besar, dapur berdinding bambu jadi terasa hangat. Lagu Slank 'Maafkanlah Aku' yang diputar  stasiun radio FM menemani setiap hari.
Pukul  03.00 sayup -sayup mulai terdengar panggilan sahur dari masjid yang berjarak kurang lebih 500 m dari rumah.
Begitulah dari dulu hingga sekarang baik di tempat kelahiran maupun di tempat tinggal sekarang, bila ramadan tiba saat sahur ada patrol keliling yang membangunkan juga peringatan sahur dari toa masjid.Â
Di tempat tinggal sekarang bila lelah dan sangat lelap suara weker lewat, orang patrol lewat, begitu suara orang membangunkan dari toa masjid langsung geragapan pertanda saya sudah telat menyiapkan sahur, Â memang masih ada waktu untuk makan tapi serba geragapan memasak dan menyantap menu sahur.Â
Sahur tahun ini dua hampir ketinggalan makan sahur bila tidak ada suara bapak-bapak yang menyapa untuk bangun dari toa masjid. Semua orang nanya dipanggil, Â disapa agar segera bangun, Â seperti ini, Â "Sahur sahur Pak Juki, Â Pak Boby, Â Pak Roki ayo Sahur, Jam Menunjukkan Pukul nol tiga lewat dua menit, Â sahur sahuurrrr!"
Begitu setiap RT ada nama bapak-bapak yang dipanggil mewakili warga lainnya, Â ini sudah terjadi sejak saya menjadi warga RW 06 tahun 2005 hingga sekarang.Â
Lanjutkan Pak! membangunkan dari toa masjid selama Ramadan. Suara bapak selalu kami tunggu sebagai pengingat untuk makan sahur, supaya tidak terlewat.Â
Salam
Ramadan Mubarak, Â 01 Mei 2021
Swarna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H