Marhaban ya Ramadhan, alhamdulillah dipertemukan lagi dengan bulan suci, bulan penuh ampunan dan berkah. Dua kali ramadhan kita lalui dalam masa pandemi membuat kita sudah mulai ada yang bisa beradaptasi dengan kondisi yang harus patuh serba prokes, walau masih banyak yang belum terbiasa.
Masyarakat sudah mulai cerdas, Â mereka sudah memahami bagaimana saat menjalani ibadah solat tarawih atau kegiatan lainnya selama. Virus mungkin tidak akan lenyap dari muka bumi, tapi dengan selalu menjaga dan membersihkan diri in shaa allah bisa terlindungi.Â
Seperti di lingkungan tempat tinggal saya, Â anak-anak masih bisa berkumpul, mengaji, dan bertadarus, menghidupkan aura bulan ramadhan dengan suka cita dan tetap tertib menjalankan prokes. Tahun kemarin masih takut-takut melaksanakan kegiatan itu.Â
Apa yang ada dalam pikiran kita ketika ramadhan masih dalam kondisi pandemi, Â pasti berbagai kemungkinan bisa terjadi, berbagai larangan dan pembatasan ini dan itu seperti tahun sebelumnya akan dilalui. Bersyukur sekali ketika semua ada kemudahan.
Sebagai umat muslim yang manut kepada penciptanya berkewajiban untuk tidak menyerah dan putus asa, apalagi nggerundel yang tidak terarah. Kondisi ini terjadi di seluruh dunia, Â tidak hanya di Indonesia saja, Â jadi sebagai manusia yang beradab tidak perlu marah-marah dan mengeluh kepada Allah atas kejadian yang tidak diinginkan.
Wajib tetap bersyukur atas semua hal dan kejadian, Â tidak ada sesuatu yang lepas dari ketentuan dan ketetapanNya. Dijalani saja apa yang memang sudah diajarkan dalam agama islam, kalau ingin berlomba, berlombalah dalam kebaikan, bukan menebar cerita hoax atau memperparah berita.
Makin lama akan terbiasa dengan keadaan ini, kita jadi semakin berhati-hati menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Saling membantu, Â mendukung dan mendoakan kepada saudara kita yang masih membutuhkan uluran tangan dan perhatian. Berbahagia dengan rezeki yang dimiliki diperbolehkan, tapi jangan lupa ada saudara yang sedang tertimpa musibah maka sepantasnya untuk menyisihkan rezeki bagi mereka.
Ingat juga tetangga terdekat, bukan berarti selalu kepo dengan kehidupannya, mungkin di sekitar juga ada yang membutuhkan bantuan, sebisa mungkin menjadi manusia yang bermanfaat itu tujuan ketika nyawa masih dikandung badan.
Menundukkan hati, Â pikiran dan berserah tanpa putus asa untuk selalu berusaha meraih yang lebih baik, agar bisa menjalankan puasa sebulan penuh. sepertinya begitu bagaimana cara kita belajar dari peristiwa sebelumnya. Tubuh kita pasri bisa menerima kebiasaan baru serta akan bisa beradaptasi dengan baik.
Jangan pula kita suka berbisik-bisik yang tidak baik tentang orang lain, Â bisa jadi kondisi atau keadaan orang lain merupakan ujian bagi kita.
Hey! mengapa saya hanya menulis berputar-putar saja seolah menjadi penceramah agama, tidak ada gregetnya. Jangan bilang siapa-siapa ya itu adalah rangkuman yang saya susun dari berbagai tausiah yang tayang di TV, Â ya tahun ini antena TV sudah dibenahi begitu juga dengan TV-nya jadi saya dan anak-anak bisa melihat TV dalam program ramadan yang selalu kami tunggu.