Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

150 Penulis Datang ke Rumah Membawa Kenang-kenangan

27 Februari 2021   22:09 Diperbarui: 27 Februari 2021   22:32 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diari, boleh aku bercerita padamu?

Ini sekadar cerita ringan, mungkin susunannya sedikit acak adul. Ya, karena sudah beberapa hari aku takmenuangkan kata dalam tulisan. Aku sedang asik menulis dalam hatiku. Jadi bila ada salah ketik (sudah tradisi) atau tidak runut engkau jangan merajuk ya.

Diari,
Hari ini aku mendapat kiriman yang bagus, 150 penulis datang di rumahku. Pasti kamu tersenyum geli, mana mungkin ada 150 penulis datang ke kediamanku dan aku bukan orang yang ternama. Hahaha kecuali ada hajatan ya.

Diari,
Jangan bingung dengan tulisanku yang berputar-putar seperti spiral ini. Ya hari ini aku akan bisikkan padamu bahwa hatiku senang sekali mendapat kiriman buku dari Pak Tjip dan Bunda Rose. 150 penulis ada di dalamnya, luar biasa bukan?

Tulisanku yang apa adanya bisa bersanding dengan para penulis hebat lainnya. Ya, semoga teman-teman penulis tidak geli membaca karyaku. Aku kira itu bukan sekadar hadiah biasa untuk pasangan legendaris Pak Tjip dan Bunda Rose, tapi juga merupakan hadiah istimewa bagi para penulis.

Diari,
Buku itu sampai di tanganku hari Sabtu, 27 Pebruari 2021 sekitar pukul 14.15 WIB.
Segera kubuka, dan oh mataku mengerjap tak percaya, ada juga buku dari Mbak Hennie yang menemani perjalanan buku 150 penulis sampai di rumahku. Wah, makin hore hore hatiku. Sebelum lupa segera aku kirim pesan pada Pak Tjip, Pak Ikhwanul Halim, dan Mbak Hennie bila buku sudah sampai serta ucapan terima kasih.

Aslinya aku belum ingin membuka platik dua buku itu, karena sayang biar tidak kotor, rencana nanti akan aku sampul bersama dengan buku lain juga buku dari Mbak Widz. Namun Kang Mas Doi rupanya penasaran, ingin tahu isi buku. Semangat sekali membuka bungkus plastiknya setelah minta izin. Kamu ingin tahu apa yang dikatakan Kang Mas Doi?

"Bagus ya cetakannya." itu yang dia ucapkan sambil tangannya mengucap-usap kertas buku. Lalu dia membuka halaman daftar isi, dia baca satu persatu nama-nama di sana. Ukuran tulisan yang kecil membuat dia hanya membaca beberapa nama saja.
Kang Mas Doi juga menanyakan sosok di sampul buku, aku menceritakan sedikit bahwa beliau yang bernama Pak Tjip dan Bunda Rose, penulis senior di Kompasiana, yang mengajak 150 kompasianer menulis dan mengirimkan buku, gratis.

Diari,
Kang Mas Doi masih saja membaca daftar isi, lalu menemukan sebuah nama,"Ini ada Mbak Widz, ini juga ada Mbak Lilik."
(Kang Mas Doi tahu nama Mbak Widz dari bukunya yang Golden Gift, dan tahu nama Mbak Lilik karena pernah aku ajak ke rumahnya hehehe).
"Iya, 150 kompasianer menulis untuk kenang-kenangan, juga persahabatan dan rasa hormat untuk Pak Tjip dan Bunda Rose." Aku jawab seperti itu.
"Sampean gak ikut nulis?"
Xixixiii aku goda dia, aku jawab tidak ikut, biar dia cari sampai ketemu, hehehe.

Diari,
Aku sudah kehilangan kosa kata untuk memperpanjang tulisan ini agar menarik, maaf ya, Diari. Padahal aku ingin bercerita panjang kali lebar. Buku 150 Kompasianer Menulis akan menjadi kenang-kenangan yang tak terkira.
Terima kasih juga aku sampaikan pada Mbak Hennie yang membuatku jadi baper tingkat Dewa, eh terharu maksudnya. Ah Jerman, anak-anakku boleh baca ini tentang cakrawala negeri nun jauh di sana, di mana kakeknya dulu dua kali pernah menginjakkan kakinya salah satu kota industri bernama Stuttgart, bisa sampai di sana karena dikirim oleh perusahaan karoseri ternama di Malang untuk mempelajari cara membuat cetakan body bus seperti Neoplan. Kenapa kepandaiannya berhitung tidak menurun padaku, hikz. Jangan tertawa Diari, nanti aku malu.

Ternyata masih banyak lagi cerita yang menarik dari Jerman yang dirangkum dalam buku karya Mbak Hennie ini. Lagi-lagi Kang Mas Doi mengomentari bukunya bahwa bagus hasil cetakannya, gambarnya juga terlihat bagus dicetak berwarna, menarik.

Dokpri
Dokpri
Diari,
Malam ini air langit begitu deras, sangat berisik menghantam atap rumah, konsentrasiku pun bubar jalan. Dari kecil aku tidak tenang bila hujan lebat apa lagi disertai angin, semoga segera redah. Sebaiknya aku tutup untuk cerita hari ini ya. Terima kasih untuk semua.

Salam Hangat,

Malang, 27022021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun