Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjawab Keresahan Orangtua Ketika Buah Hati Harus Kembali Belajar dalam Jarak Jauh

3 Januari 2021   18:45 Diperbarui: 3 Januari 2021   20:01 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai para Bunda dan para Ayah semua. Bagaimana kabarnya di tahun baru ini?  Pasti sudah memupuk harapan dan menggantungkan impian untuk para buah hatinya kembali belajar setelah liburan semester ganjil.

Namun apakah Ayah dan Bunda sudah siap apabila nanti ternyata ketika kembali belajar masih belum pergi ke sekolah,  melainkan masih di rumah? 

Surat edaran dari wali kota telah dilayangkan, bahwa semester dua nanti siswa masihbelajar dari rumah, termasuk lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

Membaca kabar tersebut pasti ada reaksi orang tua bermacam-macam. Ada yang biasa,  senang dan ada yang panik atau resah. Masuk sekolah sebenarnya sangat dinanti-nanti. Tapi bila kondisi dianggap tidak memungkinkan oleh kepala daearah maka, pihak lembaga harus bijaksana untuk mencari jalan yang terbaik, mematuhi dan memenuhi kebutuhan anak didiknya. 

Orang tua harus siap saat kembali belajar dari rumah,  dan menyiapkan segala sesuatunya antara lain

1. Aktif bertanya pada pengajar (konsultasi)
2. Berdiskusi tentang tugas atau materi
3. Memberi ide kegiatan yang sekiranya bisa dikerjakan oleh anak usia dini
4. Menyiapkan peralatan untuk belajar dalam jarak jauh
5. Mempersiapkan mental buah hati,  bahwa kembali belajar masih belum bertemu teman
6. Rajin berselancar pada laman yang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini
7. Menyiapkan mental diri sendiri,  dan tetap tenang saat menemani belajar.
8. Semangat

Ada cerita obrolan saya dengan seorang ibu muda. Dia ingin anak ke tiganya memdapat tempat dan ilmu yang setara dengan kakaknya ketika masih TK, tapi dia juga menimbang untung ruginya dalam hal pembayaran. Saya yakin masalah uang pembayaran ini adalah sebuah dilema bagi orang tua, ketika harus belajar di dari rumah dan harus tetap membayar. 

Bertemu guru hanya beberapa hari, bahkan ada yang tidak sama sekali, hanya mengambil alat peraga untuk pembelajaran selanjutnya,  Ibu atau orang tua lain yang menemani anak-anak mengerjakan tugas.
Hal seperti ini lah yang menjadikan orang tua galau tiada menentu.
Lembaga belajar pun mungkin juga pening, mereka harus tetap mengeluarkan biaya untuk operasional penerangan, gaji guru, gaji satpam dan pembantu sekolah bila ada. Saya kira semua galau.
Saya hanya bisa menyarankan agar bisa berpikir tenang dan pandai memilih dengan bijak saja. Kesabaran harus selalu menyertai. 

Saya juga ingin tahu pendapat seorang ayah menghadapi buah hatinya harus mengalami belajar dalam jarak jauh. Dia mengatakan, "Kasihan Mbak, dia harusnya bisa belajar bersosialisasi,  mengenal banyak teman,  bergerak sesuka hati, belajar berani dan mandiri tanpa ditunggui orang tua. Tapi tidak dia rasakan. Aku jadi nelangsa melihatnya. tapi tidak tahu harus berbuat apa,  ya untuk sekadar menemani belajar di rumah itu mudah tapi dia kehilangan hal terpenting dalam masa keemasannya,  yaitu berkumpul, belajar dengan teman baru."

Masa keemasan yang dalam bahasa tenarnya sering disebut golden age adalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling penting pada masa awal kehidupan anak.
Para ahli ada yang menjelaskan usia emas antara 0-2 tahun,  ada yang 0-5 tahun bahkan ada yang 0-8 tahun. Kalau saya pribadi sepakat dengan 0-8 tahun untuk periode keemasan anak. 

Mari meninjau literatur tentang periode keemasan, pada masa ini perkembangan otak dan fisik anak harus seimbang. Peran orang tua begitu penting pada tahapan ini, seperti saya kutip dari laman resmi Telkom,  ada 6 tahapan yang harus diperhatikan pada periode keemasan atau anak usia dini. 

1. Memperhatikan Perkembangan Motorik Halus

Motorik halus dapat dilihat dari bagaimana anak bisa melakukan aktifitas kecil dengan menggunakan jemari dan tangannya, seperti memegang sendok, egang pensil,  mengancingkan baju, Latihan yang diberikan yaitu bermain plastisin,  meronce,  belajar mencoret di kertas,  bermain temali,  melipat kertas,  menggunting.  Manfaat motorik halus untuk kemampuan menulis,  kreatifitas dan membuat ketrampilan. 

2. Memperhatikan Perkembangan Motorik Kasar

Diantaranya berdiri tegak,  jinjit,  berlari memanjat, merayap, merangkak, melompat, bersepeda,  berenang,  maka biarkan mereka beraktifitas untuk memguatkan otot tubuh namun tetap dalam pengawasan.

3. Meningkatkan Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perkembangan anak untuk mengolah, mengategorikan maupun mengklasifikasi sesuatu yang terlihat oleh panca inderanya.
Perkembangan kognitif ini sangat penting untuk masa depan anak, agar anak bisa berfikir logis, berbahasa baik, berperilaku menyenangkan dan mencintai alam.

4. Mengenali Gangguan Perkembangan Anak

gangguan tumbuh kembang ini meliputi gangguan interaksi sosial, gangguan bicara, gangguan motorik

5. Mengenali Potensi Anak

* Linguistik, pintar berbahasa, menulis dan komunikasi
* Musikal, sangat tertarik dengan musik
* Logika,  permainan anfka dan berhitung
*  Bodi Kinestektik berhubungan dengan aktifitas fisik  dan  olah raga
*  Visual spasial,  berpikir sistematis
*  Interpersonal, memahami orang lain dan mampu berbagi dengan sekitar
*  Natural mencintai alam dan mudah bergaul
*  Moral,  pandai memgatur emosi

6. Mengembangkan Potensi Anak

6 tahapan di atas sebenarnya bisa dilakukan orang tua di rumah dengan selalu mengamati
perkembangannya dan melihat apa yang paling dominan dalam keseharian yang ditampakkan. Menyanyi atau bermain musik atau berolahraga. 

Kembali belajar dari rumah jangan sampai meyurutkan semangat orang tua dan buah hati. 

Bila ada pertanyaan, apakah belajar dari rumah bisa mengoptimalkan kemampuan mereka?

Melihat dari kenyataan di sekitar saya belum bisa menjawab dengan pasti, karena masih banyak orang tua yang belum siap, sebenarnya paham namun masih banyak kesukaran dari pada kemudahan saat menemani belajar. Beberapa orang tua menceritakan bahwa anaknya lebih patuh bila diajar gurunya daripada dengan orang tua. 

Selama orang tua masih memperlakukan buah hati mereka sesuai dengan perkembangan usianya maka tidak perlu merasa khawatir, lakukan selalu kegiatan yang menyenangkan,  bermain sambil belajar.

Ajari anak untuk semangat belajar tanpa merasa lelah

Semua tahu kebutuhan anak-anak adalah bermain,  bila bermain sekadarnya pasti mereka dapatkan dari lingkungan rumah, namun bermain dengan belajar yang terkoordinir tentu tidak mereka dapatkan. Sebelum pandemi kegiatan bermain sambil belajar akan selalu dirasakan anak-anak setiap hari, bahkan ada jadwal untuk wisata belajar ke sebuah tempat.

Mungkin wisata virtual bisa sedikit mengobati tapi tidak akan terbangun rasa suka cita seperti melihat dan belajar langsung di lokasi.  Ajaklah anak belajar dari yang ada di sekitar rumah.

Oleh karena itu kerjasama antara lembaga dan orang tua sangat diperlukan agar program pembelajaran tuntas, kebutuhan belajar buah hati juga terpenuhi. 

Walau saat ini gawai sudah benar-benar ada di genggaman semoga membawa kebaikan untuk perkembangan buah hati mereka.

Ayah dan Bunda,  persiapkan diri dan ananda saat kembali belajar dalam jarak jauh tahap ke dua,  eh di semester dua.

Salam hormat dan jaga kesehatan

Malang,  03012021
Swarna

Sumber dari 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun