Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Menyambut 2021

3 Januari 2021   04:32 Diperbarui: 3 Januari 2021   04:52 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Tahun Baru merupakan peristiwa yang dinanti oleh semua orang di muka bumi. Berbagai rencana di susun, untuk menyambut datangnya tahun baru, segala persiapan dilakukan. 

Namun bila Tuhan dan kenyataan tidak sesuai dengan harapan,  maka bersabar dan mencari acara pengganti adalah pemecahan masalah terbaik dari pada merutuki waktu dan musibah yang tiada henti. 

Awal Januari 2020 lalu sudah terencana 2021 akan kemana. Memang tidak berwisata sendiri melainkan rombongan tempat kerja suami. Semakin ke akhir tahun semakin jelas rencana tidak akan terlaksana,  pamdemi masih merajalela walau sudah banyak tempat wisata yang dipenuhi pengunjung,  tapi rasanya masih sulit untuk bepergian jauh menikmati awal tahun.

Berbagai kejadian bergulir bagai angin berhembus dan air sungai yang tak terbendung, di luar kemampuan kami sebagai manusia. 

Seorang teman bergurau,"Kamu sedang dalam tahap uji nyali." Sepertinya aku tidak menanggapi ucapannya,  tapi kalimat itu serasa sebuah peringatan yang disadari atau tidak bahwa kami harus belajar kuat dan berpasrah pada kehendakNya. 

Boleh jadi wajah kami berseri,  mulut tersenyum manis, bergurau ke sana kemari, sedang di dalam hati kami dalam remuk redam.
Kami harus sadar sebagai manusia  yang lemah dan masih banyak kekurangan. Kami biarkan orang lain menganggap kami seperti apa. 

Ketika Desember 2020 akan pergi,  tidak ada dalam pikiran saya untuk melakukan kegiatan ke suatu tempat ibarat wisata tipis-tipis,  karena saya beranggapan,  mendung masih di atas kepala kami. Seoertinya rumah masih menjadi tempat yang istimewa untuk bersembunyi. Untungnya ayah anak-anak berusaha menyadarkan  dan membuat suasana gembira. Dia mengatakan bahwa anak-anak butuh bahagia,  kami memang dalam duka tapi mereka tidak boleh gunda. 

"Mereka akan bosan dengan cerita sedihmu,  tidak akan ada orang yang mau mendengar, bisa saja jadi jengah, paling hanya aku yang mau dengar." Perkataannya memang tidak salah 

"Besok kita ajak anak-anak jalan pagi ya,  mumpung ada Budenya, biar senang," Rencana untuk besok dia sampaikan di malam tahun baru, yang hanya saya jawab dengan anggukan. 

Malam tahun baru di kota kami diguyur hujan dari siang hingga malam, entah jam berapa tepatnya hujan berhenti. Kami hanya di rumah makan bersama.
Sebenarnya pikiran saya benar-benar kosong. Apa yang harus dilakukan di awal Januari besok? Karena biasanya kami sambut dengan bahagia bersama orang tua mengenang peristiwa sakral beberapa puluh tahun lalu. 

Melihat anak-anak yang merasa garing masa liburannya,  membuat saya tidak tega maka di depan mata harus selalu terlihat gembira.
1 Januari 2021 rencana menikmati segarnya pagi terlaksana meskipun kami hanya jalan-jalan di perumahan elite.
Di sana kami hanya melihat rumah yang bagus, lapangan golf yang masih tahap pembenahan, orang yang bersepeda dan berjalan kaki, berolah raga ringan, juga takketinggalan berswafoto di beberapa sudut perumahan yang menurut kami instagramable.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun