Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bu Tejo Bukan Orang Julit Pertama di +62

3 September 2020   20:49 Diperbarui: 3 September 2020   20:51 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini ada tokoh wanita yang sedang naik daun, awalnya saya juga tidak tahu karena tokoh itu tidak muncul di TV swasta atau saya yang kurang jauh mainnya.

Malah tahu dari beberapa obrolan teman di grup WA dan tidak sengaja melihat nama Bu Tejo di media sosial. Owalah ternyata sebuah film pendek yang mengisahkan kehidupan sehari-hari di sekitar kita beserta kerempongannya. 

Setelah melihat cuplikan-cuplikan film pendek Tilik dengan pemeran unik  'Bu Tejo', jadi teringat sinetron di jaman TVRI yang dihiasi dengan tokoh ibu-ibu julit seperti bu Tejo ini. 

Pasti yang sepantaran saya ke atas alias legen masih hafal dengan keberadaan Bu Subangun atau Bu Renggo yang menggemaskan. Wanita yang berada di garis terdepan dalam menggoreng kejadian yang ada disekitarnya alias bergosip.  Walau salah tidak mau mengakui,  ngotot sebagai yang paling benar saja. 

Sebenarnya banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sikap para ibu-ibu julit itu,  yaitu yang lain harus membangun kesabaran menghadapi kejulitan model begitu. Apa pun memang bisa diolah oleh pakar julit, masalah biasa jadi luar biasa. 

Awalnya merasa itu hanya sinetron eh ternyata ada juga di kanan kiri kita. Namanya orkuker menurut saya yaitu orang kurang kerjaan,  suka membahahas hal yang tidak penting.

Cerita kemarin nih,  si bungsu susah diberi nasehat,  karena sedang asik melihat film kartun. Memang menasehati harus dalam kondisi santai tidak fokus pada sesuatu.  Anak ini senang membicarakan sesuatu yang tidak penting alias mengulang kata-kata orang lain tapi dengan sinonimnya. Saya hanya merasa ini nanti akan jadi kebiasaan,  bahaya. 

Ndilalah ada TV swasta lokal yang menyajikan nasehat-nasehat, seorang pemuka suatu agama yang menjelaskan dan berpesan tentang berbicara,  beliau berucap agar berhati-hati dalam berbicara dan hanya membicarakan yang penting-penting saja,  bukan yang penting berbicara. 

Ternyata tayangan itu dia ingat padahal hanya tayang beberapa menit. Ketika kami sedang melakukan aktivitas lain dia nyeletuk mengulangi ucapan pemuka agama di TV itu. Akhirnya saat dia lupa,  maka saya akan mengingatkan dengan nasehat itu. 

Sederhana, tapi mengena. Mungkin 'Bu Tejo' dan jajarannya perlu nasehat dari sebuah media. Tapi dunia tidak seru bila tidak ada sosok seperti Bu Tejo ini. Apalagi saat genting seperti sekarang dimana pandemi belum berlalu di wilayah +62 ini, para Bu Tejo bermunculan,  mereka memang bagian dari pewarna kisah. Tinggal bagaimana kita menyikapi model Bu Tejo dengan bijak. 

Malang,  03092020

Swarnahati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun