Saat ini tidak ada yang tidak bisa diceritakan. Kemarin ketika masih belum bisa memejamkan mata walau raga sepertinya ingin segera diletakkan di atas kasur empuk.Â
Banyak cerita yang bisa didapat tanpa harus keluar rumah. Cukup menekan sebuah tombol pertemanan media sosial atau mesin pencarian bahkan tombol blog ini. Maka akan didapatkan berpuluh berita, cerita dan kisah, Â dari kesedihan, keprihatinan, kebaperan, amarah, kebahagiaan, ketidak adilan dan sebagainya.
Semua sedang  mewartakan apa yang harus disampaikan, sehingga semua bisa mendapatkan informasi dari apa yang mereka tuliskan.Â
Kita tahu covid19 masih merajai ruang berita dan wabah itu telah memberi dampak ketenangan dalam ramadan, begitu tenangnya sehingga semua merasa kehilangan. Kehilangan tradisi ketika ramadan tiba. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.Â
Walau masih ada yang melakukan solat tarawih berjamaah di surau-surau, pasti dengan berjarak shafnya. Â Masih terdengar pula suara tadarus dari desa sebelah, mereka berusaha menghidupkan suasana ramadan dalam kondisi saat ini. Â
Pasti ada hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa ini walau dalam kewaspadaan yang sangat tinggi akan ancaman wabah covid19 yang belum terkendali.
Dalam doa yang terkirim pada langit, mengharap  atas keselamatan dan kemudahan beribadah di bulan suci.Â
Ramadan karim dalam kesunyian. Mengajarkan kita untuk patuh dan tunduk atas ketetapanNya. Janganlah angkuh menghadapi keadaan saat ini. Â Semua bersedih tak semeriah tahun sebelumnya, ibadah yang berlipat pahala memang tidak seharusnya ditiadakan hanya berpindah tempat. Bisa tetap dilakukan sholat berjamaah dengan anggota keluarga dan bertadarus di rumah.Â
Bila masih ada yang melaksanakan di musholah atau masjid pasti dengan aturan yang ketat untuk menjaga keamanan kesehatan bersama.Â
Ramadan memang harus sunyi, Â harus dikerjakan dengan khusuk, Â bukan diributkan dengan apa yang akan dimakan ketika sahur dan berbuka. Â Ramadan harus tenang bukan dibingungkan pula dengan memenuhi tempat keramaian. Ramadan harus penuh hikmad dengan saling peduli pada sesama.Â
Kita tengok di kanan kiri kita, adakah yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Kita tanya kabar teman atau kerabat bagaimana keadaannya ketika saat ini sedang tidak bisa mengais rejeki seperti tahun lalu.  Tak ada guna harta yang menumpuk berlimpah bila masih ada di sekitar yang kekurangan.Â
Pernah membaca sebuah kata-kata mutiara, bahwa kesuksesan itu bukan diukur dari berapa banyak harta yang kita punya akan tetapi seberapa besar bisa untuk membantu orang lain, karena nilainya adalah manfaat. Saat ini adalah yang tepat bagi yang ingin mengunduh amal kebajikan yang berlipat ganda. Peristiwa luar biasa ini mengajarkan pada kita semua tentang kesabaran. Baik bagi yang berkecukupan atau yang masih dalam kekurangan. Â
Ramadan dalam masa karantina mengajarkan pada kita bagaimana cara menjalankan ibadah dengan tenang dan khusuk. Apa yang kita sukai belum belum tentu baik dihadapan Allah, Â dan apa yang kita benci belum tentu buruk di hadapan Allah. Mari bersama mawas diri.
Salam Ramadan, Â semoga kita mendapat berkah dan ampunan dalam Ramadan yang mulia.Â
Teras Ramadan 3, 26042020
swarna hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H