Mengeja Secuil Waktu
waktu tak kan pernah berhenti merangkai larik-larik kisah dari opera kehidupan.
Marahari dan rembulan mangajak selalu mengeja laku bukan menghitung waktu
dunia tak hanya melihat berapa yang telah tertulis pada dinding pagi, siang ataupun malam
namun berapa banyak yang bisa terbaca.
kesedihan tak pernah membelah hati, senyuman bukan berarti kebahagiaan, kepuasan tiada henti, menari, berkelana pada tiap-tiap sanubari. meninggalkan mimpi-,mimpi atau mungkin menancapkan pedih.
aku melukisnya hanya dalam secuil waktuku, tapi serasa telah memenuhi seumur hidup. kesahajaannya, amarahnya, kegundahannya, ambisinya, juga sepotong sajak cinta kehidupannya yang menghiasi bunga-bunga.
Ini bukan tentang hitungan sebuah nominasi, ini tentang perjalanan yang belum berhenti, bukan jua tentang terbang tinggi, namun tentang berkurangnya masa yang telah terlewati.
bila masih panjang jalan di depan membentang, titip salamku sepanjang hari.
teras perjalanannya, Â 30 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H