air mata menetes, bagaikan rinai gerimis di senja hari, gemericik seirama dalam tempias duka, membasuh bias sisa luka. menggores kenangan yang terjerembab pilu dalam dingin yang sunyi.
aku masih mengeja hening hati
menanti apakah langit menampakkan pelangi
sedang sewarna saja tak sanggup kugauli.
sudah kupenuhi ruang ini
dengan senda gurau
ataupun maki kesedihan yang kubungkus dengan tawa riang.
bila tiada aksara yang mampu melukis sebuah keindahan hayal
haruskah tarian jemari ini terhenti?
malam ini untaian larik-larik penuh makna terjejal di laci sepi.
sebait ku gantungkan di daun pintumu
esok kan kau temukan saat akan menikmati hari
namun jangan lagi kau cari kemana ku pergi
teras hati, 04 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H