Mak, kapan lebaran?
Mak, bapak belum pulang.
Mak, apa baju untuk solat ied sudah ada?
Mak, mengapa kau diam saja?
Emakku yang cantik hanya tersenyum sambil tangannya cekatan menjahit celanaku yang sobek tengahnya.
Mak, ini lebaran fitri ya? Nanti banyak uang saku pastinya
Mak, semoga bapak pulang bawa rejeki.
Harusnya kita bahagia ya mak, tapi mengapa mereka yang masih bersuka ria.
Mak, aku tadi jalan-jalan ke mall sebelah, barangnya bagus dan indah, pembelinya naik mobil mengkilap, uangnya banyak ya mak.
Ah emak hanya tersenyum saja, mengapa tanyaku tak dijawab?
Enak kita tak perlu beli baju, sudah ada yang memberi, meski bekas tapi bagus, kalau sobek tinggal dijahit.
Kenapa kita bila lebaran tak pergi-pergi? Temanku cerita mudik, mengapa kita tak kemana-mana mak? Aku ingin pergi-pergi, berkunjung ke sana kemari. Uangnya tak cukup ya mak?
Mak, kita bukan pilihan ya? Kita tidak terpilih menjadi orang kaya. Mengapa kita tak dipilih? Buat apa hidup bila tak terpilih? Apa hanya untuk memeriahkan dunia?
Ah Emak, kenapa hanya senyum saja dari tadi.
Emak gak ingin umroh? Tetangga kita yang kaya hampir tiap tahun berangkat, pasti senang. Dapat rejeki terus mereka. Kita memang tak terpilih ya mak. Tidak dipercaya membawa rejeki banyak.
Mak bapak sudah datang, semoga membawa banyak uang. Besok kita belanja, seperti mereka.
"Lelaki kecilku, tumbuhlah perkasa, hadapi kenyataan yang ada, genggam kesabaran dan ketabahan, tetap berusaha semampu kita. Kita tetap terpilih hanya beda posisi. Kelak kau akan pahami."
"Jangan berkecil hati, dekatkan diri pada yang Maha kasih. Agar tak sia-sia kita menjadi yang terpilih."
malang,01062019
swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H