Mohon tunggu...
Bening Hanur Saputri
Bening Hanur Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profesi saya mahasiswa

Saya seorang mahasiswa awal di salah satu kampus swasta di Pekanbaru Riau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Perceraian Orangtua terhadap Anak

12 Januari 2023   12:46 Diperbarui: 12 Januari 2023   13:05 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP ANAK 

Keluarga adalah bagian terpenting di dalam kehidupan seseorang, Baru-baru ini di Indonesia viral kisah seorang anak yang bernama Tiko, pemuda berusia 23 tahun ini sudah merawat ibunya, yakni buk Eny sendirian dirumahnya kawasan Cakung, Jakarta Timur. Tiko sudah merawat ibunya yang mengalami gangguan jiwa akibat dari perceraian dengan suaminya sejak 12 tahun lalu di rumah besar peninggalan ayahnya, lalu yang lebih memperihatinkan rumah besar dan mewah itu tampak sanggat tidak terawat bahkan rumah itu sekarang sudah tidak terhubung listrik maupun air.

Viralnya kisah Tiko ini bermula dari unggahan di video reels instagram @nyongalle_ tentang sebuah rumah kosong terbengkalai yang di unggah pada 13 Desember 2022 lalu. Video ini sampai ditonton lebih dari 1 juta views, dan pada sebuah postingan yang dikutip dari akun instagram @viral62com, Rabu 04 januari 2023 lalu, " Tiko lebih mimilih putus sekolah pada saat SMP demi bisa merawat sang ibu yang mengalami depresi usai becerai dengan suaminya".

Goode (2007) pendapatnya di kemukakan di jurnal yang di tulis oleh Ika Wahyu Pratiwi dan Putri Agustin Larashati Handayani dari Universitas Borobudur Fakultas Psikologi, mengungkapkan istilah broken home sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur dan peran sosial apabila salah satu atau beberapa anggota gagal dalam menjalankan peran mereka. 

Menurut website Halodoc, Jakarta -- Anak atau remaja yang orang tuanya bercerai, pisah, ataupun broken home bisa mengalami masalah kesehatan mental. Mulai dari mengembangkan perasaan sinis ke semua orang, masalah kepercayaan, tidak bisa berkonsentrasi, yang pada akhirnya bisa memicu gangguan kesehatan mental. 

Pengalaman broken home bisa membuat anak hidup di bawah trauma emosional. Anak menjadi anti-sosial, agresif dan bahkan rentan melakukan kekerasan. Seperti Menurut Quensel, broken home adalah penggambaran keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan seperti keluarga. Adanya konflik membuat pertengkaran dan berakhir menjadi perpisahan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa broken home adalah kondisi anggota keluarga yang tidak utuh, jauh dari rukun dan sejahtera. Kondisi ini kemudian berdampak pada hubungan dan kasih sayang pada anak-anak. 

Menurut Sofyan s. willis dalam bukunya yang berjudul Konseling Keluarga (Family Counseling) bahwa broken home dapat dilihat dari dua aspek yakni; Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai, Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. 

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diartikan bahwa keluarga broken home pada dasarnya tidak hanya terbatas pada ranah perceraian saja, akan tetapi di lain hal orang tua yang meninggal, jarang berada dirumah disebabkan kesibukan sehingga jarang berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya serta orang tua yang kurang atau tidak mampu memberikan rasa kasih sayang guna.

Menurut pendapat kami sebagai mahasiswa psikologi islam dampak dari Psikologis sangat berbanding terbalik dengan sikap Tiko yang sangat menyayangi dan mau merawat ibunya dengan kondisi gangguan jiwa, bahkan dia rela menghabiskan masa yang seharusnya dia bermain bersama teman-teman untuk merawat ibunya (di dewasakan oleh keadaan).

Artikel ini di kemas oleh Zuriaty Fitri, Hafizotul Hafifah, Bening Hanur Saputri,Wan Dinda Arifah.Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau, Program studi Psikologi Islam, semester 1.

Tulisan ini di buat untuk memenuhi tugas teknik penulisan karya tulis ilmiah di bawah bimbingan ibu Nur Fitriyana,M.Psi.,Psikolog.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun