Suara itu terngiang-ngiang kembali. Serasa suara itu menusuk-nusuk dinding hatiku. Mencabik-cabik jiwaku. Aku tersayat! Kudekap ibunya yang masih terisak pilu di sampingku. Semalam putri kecilku Melati menghadap Tuhan, untuk menjadi bunga di taman firdaus.
"Selamat jalan bidadariku. Jadilah bunga yang menghiasi taman-taman surga. Kami mencintaimu. Sebab kau bunga di atas bunga. Kaulah melati yang tetap semerbak mewangi di taman hati kami. Dan, kaulah yang mengharum di Jannatunnaim. Kini!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!