Mohon tunggu...
Bening Salju
Bening Salju Mohon Tunggu... -

titik

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Desa Rangkat, Tinggal Sekelumit Kisah?

11 November 2017   11:22 Diperbarui: 11 November 2017   11:50 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
THANKS MOMMY (IBU KADES)

Ada gelisah mendadak hadir tidak pada tempatnya. Ada keinginan yang mendadak bersorak meminta. Entah karena apa. Mungkin karena belakangan ini, hati memang tidak lagi mampu diajak bicara. Datar tanpa aroma...membuat hidup layaknya terbuat dari bongkahan besi dan semacamnya.

Bening mencoba berpikir keras. Tidak lagi memakai hatinya, melainkan mengandalkan akalnya. Harus bisa. Karena apa gunanya hidup tanpa hati dan akal ? Namun.....masih tidak bisa. Seolah hati dan akalnya berkolaborasi untuk mencabut nyawanya......membunuhnya tanpa menyisakan yang seharusnya.

" Ah....desa Rangkat ......," guman Bening pelan seolah menemukan jalan keluar. Mengapa aku tidak kembali kesana saja ? pikirnya kemudian. Lalu ingatannyapun kembali melayang pada sebuah desa di kaki gunung Naras itu.  Masihkah desa terpencil itu itu tetap elok seperti dulu ? Masihkah orang orangnya yang dikenalnya dulu belum beranjak dari sana ? Masihkah mereka saling bertutur sapa merangkai kata ? Hampir 7 tahun berlalu sudah........mungkinkah desa Rangkat tinggal menjadi sekelumit kisah ?

Bening teringat sahabatnya si uleng tepu. Sekalimat pisah  dan Risalah Cintayang ditinggalkannya begitu mengusiknya  . Juga mommy........ibu kades itu gimana kabarnya ? Refo torai sang lelaki hujan.........masihkah dia disana tak kala si uleng tepu meyematkatkan sekalimat pisah ? Dan juga triana septiarini tentunya. sosok yang baru dikenalnya kala itu di desa Rangkat. ah....Bening jadi teringat akan rangkaian kata diatara dirinya , uleng tepu dan Triana. 

" Ah ...desa Rangkat.....," kembali Bening berguman pelan. Keelokanmu nampaknya memang tinggal sekelumit kisah. Dari sisi sebelah sungai ini aku bisa melihatnya betapa Gunung Naras itu hanya menyisakan batu batu cadasnya. Mengapa ? Mungkinkah karena penduduk aslinya  tak lagi mampu bergumul dengan waktu yang terus memburu menambah menyematkan usia ? Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat jika dalam perjalanan hidup yang dipunya hanya  penuh dengan warna hitam, merah dan abu-abu bukan ? Dalam hati bening bertanya.

"Ah......betapa ingin kembali bercumbu dan memelukmu dalam diam. Betapa ingin kembali dalam dekapanmu agar aku mampu membuat hidup ini kembali beraroma dengan banyak cita rasa dan warna. Seperti dulu......tanpa merasa malu pada usia. Ah....desa Rangkat", Bening terus berguman hingga tanpa menyadari bahwa akhirnya dia terlelap dalam gumanannya sendiri........

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun