Amerika Serikat, sebagai salah satu contoh, telah lama memiliki U.S. Cyber Command.Â
Lembaga ini bertanggung jawab dalam menjaga keamanan siber nasional dan memiliki wewenang untuk melakukan tindakan preventif dan reaktif terhadap ancaman siber. Negara-negara lain seperti Israel, China, dan Rusia juga memiliki unit serupa yang bahkan aktif melakukan operasi siber di luar yurisdiksinya.
Dukungan dan Penolakan
Meski banyak kalangan yang mendukung, ada pula suara-suara kritis yang khawatir dengan potensi pelanggaran HAM dan privasi warga negara. Kelompok ini berpendapat bahwa Angkatan Siber bisa disalahgunakan untuk kepentingan politik tertentu.
Aspek Keuangan Estimasi biaya awal pembentukan Angkatan Siber mencapai 500 miliar rupiah.Â
Namun, jika dibandingkan dengan potensi kerugian akibat serangan siber yang bisa mencapai triliunan rupiah, angka ini terlihat sebanding. Tentu saja, anggaran ini harus disertai dengan transparansi dan akuntabilitas penggunaannya.
Teknologi yang Dibutuhkan
Dalam mendirikan Angkatan Siber, beberapa teknologi mutakhir menjadi prasyarat seperti sistem pertahanan siber berlapis, teknologi deteksi serangan real-time, dan pusat data nasional yang aman. Selain itu, perangkat keras dan lunak pendukung operasional juga harus diperhatikan.
Sumber Daya Manusia
Tidak kalah penting adalah SDM. Personel Angkatan Siber harus memiliki keahlian khusus, termasuk di bidang kriptografi, analisis malware, dan operasi siber. Pendidikan dan pelatihan khusus harus diselenggarakan untuk memastikan kualitas personel.
Pembentukan Angkatan Siber memang memerlukan pertimbangan matang dan komprehensif.Â
Namun, dengan ancaman siber yang semakin nyata, langkah proaktif harus segera diambil.Â