Mohon tunggu...
Benidiktus Himang
Benidiktus Himang Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Informatika, di salah satu kota di Indonesia. I like E-sports Games, Mobile legends etc, https://www.s.id/himang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Usia Bukan Sekadar Angka! Mengupas Realitas Diskriminasi di Era Bonus Demografi

19 Agustus 2023   05:51 Diperbarui: 29 Agustus 2023   11:45 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Bonus demografi Indonesia. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Indonesia berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, bonus demografi memberi kita keunggulan, tetapi di sisi lain, kita harus memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang usia, diberi kesempatan yang sama.

Realitas Diskriminasi di Era Bonus Demografi (canva/Pro)
Realitas Diskriminasi di Era Bonus Demografi (canva/Pro)

Sumber dan Data

Dengan informasi terbaru dari BPS, kita dapat memahami gambaran penduduk Indonesia dengan lebih baik. 

Sebagai contoh, dengan 22,49 juta jiwa penduduk berusia 20-24 tahun, pertanyaannya adalah apakah mereka merasa siap menghadapi tantangan ekonomi saat ini? Sementara itu, dengan 8,20 juta jiwa penduduk berusia 65-69 tahun, apakah mereka merasa dihargai dan diakui kontribusinya?

Dengan mempertimbangkan semua fakta dan data ini, kita dapat bergerak menuju Indonesia yang lebih inklusif, di mana diskriminasi usia bukan lagi menjadi bagian dari narasi kita. 

Menuju Sebuah Transformasi Sosial

Begitu mendalamnya implikasi bonus demografi bagi Indonesia.

 Namun, keuntungan demografi ini bukan hanya soal angka, tetapi bagaimana kita menerjemahkannya menjadi kesempatan yang merata bagi semua lapisan masyarakat. 

Transformasi sosial yang inklusif adalah kunci bagi Indonesia agar dapat memanfaatkan bonus demografi ini dengan maksimal.

Mengatasi Stereotip Usia

Di banyak perusahaan dan organisasi, stereotip usia kerap kali mempengaruhi keputusan perekrutan, promosi, dan bahkan retensi pegawai. 

Pemuda seringkali dilihat sebagai energik tetapi kurang berpengalaman, sementara para senior dilihat berpengalaman tetapi kurang adaptif. 

Untuk benar-benar memanfaatkan potensi semua kelompok usia, kita harus mengatasi stereotype ini dan membangun budaya yang benar-benar menghargai setiap individu berdasarkan kompetensinya, bukan usianya.

Mendorong Kolaborasi Antar Generasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun