Sesampainya berendam, kami segera bergegas menuju tenda untuk istirahat. Di pinggir bibir danau sudah ada banyak orang yang sedang melakukan ritual. Suara lonceng dan rapalan doa yang dilantunkan mereka memecahkan keheningan malam. Ritual itu berhenti menjelang fajar. Dan pagi harinya, terlihat sisa-sisa sesajen yang mereka bawa dan Sebagian ada yang dilarung ke danau.
Pagi harinya kami memancing kembali untuk sarapan. Dan kami menangkap ikan seperlunya karena kalau pagi rasanya kurang enak kalau makan besar. Setelah sarapan selasai, dan beres-beres, jam 9 pagi kami melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan akan memakan waktu sekitar seharian.
"Kalau cuaca cerah, terus jalannya cepat dan tidak banyak istirahat, kita bakal sampai di pos 1 Torean jam 5 sore." jelas Pak porter.
Panas dingin saya mendengarnya, lama juga ternyata.
Keamanan minim. Cuma ada sutas tali nempel di dinding. Kami jalan menyisir dengan lebar jalan hanya 1 meter yang di bawahnya jurang. Gila. Jalur berikutnya bukan menurun, tapi turun-naik gunung yang saya sendiri sudah tidak tau berapa kali anak-anak bukit dan gunung yang sudah didaki dan diturunin.Â
Ditambah lagi ada adegan panjat tebing dan menuruni tebing dengan bantuan tali yang seadanya. Di sepanjang jalur perjalanan terdapat banyak mata air dan sungai. Jadi untuk urusan air, tidak akan terkendala.
Jalur torean itu persis kayak lirik lagu film kartu Ninja Hatori. "Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah...,"
Di pos 1 ada banyak tukang ojek. Saran saya mending naik ojek. Karena dari pos 1, kita masih harus jalan lagi kurang lebih 1 km dengan jalur mirip hutan yang masih alami. Karena sudah jam 6 saat itu, kami memutuskan naik ojek untuk sampai ke basecamp. Karena sebelumnya juga sudah hujan dari jam 4 sore.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI