Makna Simbolik Ngarak Jimat, Tujuh Sumur dan Kembang Tujuh Rupa
Antara Kejawen dan Islam
Â
Pendahuluan
       Beberapa literatur seperti "Serat Wedhatama" karya Mangkunegara IV, "Primbon Jawa" karya Ranggawarsita, dan "Ensiklopedia Kejawen" Pustaka Jaya, menguraikan beberapa makna filosofis tentang simbol-simbol dalam upacara Makna Simbolik Ngarak Jimat, Siraman, Grebeg Suro, dan Tujuh Sumur, Kembang Tujuh Rupa, dan mantra-mantra yang harus dibacakan saat upacara berlangsung.
       Praktik spiritual yang berbau mistik itu masih banyak dilakukan oleh orang-orang muslim meskipun bukan dari ajaran Islam, belum diketahui bagaimana argumentasinya sehingga upacara ini menduduki tempat yang istimewa dalam berbagai acara, misalnya sebelum dilangsungkan upacara perkawinan. Supaya dapat dipahami makna filosofisnya dan tidak mengundang pertanyaan yang bernada prasangka negatif, perlu diuraikan makna simboliknya.
Ngarak Jimat
Praktik spiritual mistis dalam kepercayaan masyarakat Sunda dan Jawa yang masih dilaksanakan adalah Ngarak Jimat. Jimat adalah benda dan mantra yang diyakini memiliki kekuatan integratif dan spitualitas magik yang transendental. Ngarak jimat biasanya dilakukan untuk tujuan tertentu, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Berlindung dari bahaya, bencana, kejahatan, dan gangguan yang diprediksi akan dialami manusia secara langsung atau melalui alam dan tempat tinggal;
- Meningkatkan kemampuan dan kekuatan spiritual, kesaktian, dan perlawanan kepada setiap makhluk yang akan mencelakakan;
- Memperoleh keberuntungan, kesuksesan segala usaha manusia;
- Mengobati berbagai penyakit medis maupun non medis dan menghilangkan kesulitan hidup.
Untuk mencapai tujuan tersebut harus dilakukan beberapa langkah yang sistematis, yaitu:
- Membaca mantra atau doa-doa khusus;
- Memakai perantara benda-benda khusus yang dipercaya sebagai washilah kesaktian, seperti batu, kayu, logam, keris, dan sejenisnya;
- Melakukan ritual upacara khusus sesuai ketentuan;
- Menggunakan ramuan atau jamu dan kembang yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual.
Dalam bahasa Jawa, kata "jimat" terdiri dari dua kata, yakni "ji" dari kata "siji" artinya satu atau tunggal, yang melambangkan kesatuan dan keutuhan, sedangkan kata "mat" dari kata "matri" atau "matra" yang berarti perlindungan atau pemeliharaan. Ada yang mengatakan bahwa kata "jima" berasal dari kata "siji" dan "matri" artinya "Tungga; atau Esa" sedangkan "matri" artinya kuat. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa atau Kejawen kata "jimat" bermakna kesatuan antara manusia dan Tuhan. Karena Tuhan berada pada jiwa-jiwa manusia maka manusia akan dilindungi oleh Tuhan. Jimat adalah perlindungan dari berbagai gangguan dan kejahatan dari kekuatan negarif.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!