Mohon tunggu...
Beni Sumarlin
Beni Sumarlin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Humaniora Tinggal di Tulang Bawang Provinsi Lampung

Indahnya menulis karena hobi, menginspirasi dan memberi saran kritis dan solusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Selamat Tanpa Montoran

2 Juli 2016   18:10 Diperbarui: 2 Juli 2016   18:42 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan mobil Sriwijaya Ekspress saat sejenak berhenti di Bintuhan

Montoran, kata yang biasa digunakan oleh orang-orang jawa, khususnya muda-mudinya saat bepergian dengan mengendarai sepeda motor, montoran artinya berkendara dengan menggunakan sepeda motor. Dimoment mudik lebaran, tentunya banyak orang yang menggunakan berbagai kendaraan untuk mencapai rumahnya, tak terkecuali para pemudik yang menggunakan sepeda motor. Boleh-boleh saja mudik dengan menggunaka sepeda motor, bahkan bagi sebagian kalangan akan terasa asik dan bisa menikmati perjalanan.

Namun, mudik montoran tentu perlu memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan. Seperti diketahui banyak kecelakaan yang terjadi dialami pemudik yang menggunakan sepeda motor, meskipun pengendara lainpun tak lepas juga dari korban kecelakaan. Namun persentase jumlah korban kecelakaan banyak terjadi pada pengendara sepeda motor dari pada pengendara menggunakan alat transportasi lainnya.

Oleh karena itu wajib bagi pemudik untuk senantiasa berhati-hati dalam berkendara, khususnya yang menggunakan sepeda motor. Agar mudik selamat yang dicanangkan Kementrian Perhubungan RI bisa kita rasakan bersama-sama.

Saya alhamdulillah sudah melakukan mudik perjalanan pulang dari Kota Bengkulu ke Kota Bandar Lampung. Meski saya memiliki motor, namun saya memilih mudik dengan menggunakan bis umum. Karena menggunakan motor jauh lebih beresiko daripada menggunakan bis umum.

Jalur mudik dari Kota Bengkulu ke Bandar Lampung bisa ditempuh dengan menggunakan beberapa jalur jalan, namun yang sering digunakan adalah dua alternatif jalan utama. Yang pertama menggunakan jalan lintas tengah, yakni kalau start dari Kota Bengkulu akan melewati Kabupaten Bengkulu Tengah - Curup - Lubuk Linggau - Lahat - Martapura - Kota Bumi - Bandar Jaya - Bandar Lampung. Alternatif yang kedua melewati lintas barat sepanjang pesisir pantai. Jika ditempuh dari Bandar Lampung akan melewati Gedong Tataan - Kota Agung - Bengkunat - Ngaras - Biha - Krui - Bintuhan - Manna - Tais - Kota Bengkulu. Jalur alternatif yang kedua ini relatif lebih aman daripada jalur yang pertama.

Jalur yang pertama melewati lintas tengah akan melalui wilayah antara Curup dan Lubuk Linggau yang terkenal kurang aman dari pembegalan dan penodongan, meskipun khusus menjelang lebaran seperti ini pihak aparat kepolisian tentu sudah menyiagakan petugasnya untuk mengamankan jalur ini. Kendaraan yang biasa melintas di jalur alternatif yang pertama ini biasanya bis-bis besar seperti SUN, Putra Rafflesia dan mobil travel yang memang sudah biasa melewati jalur ini. Disamping itu, jalur inipun memiliki trak yang cukup sulit, yakni melewati jalur yang disebut Liku Sembilan di perbukitan Bengkulu Tengah dan Curup. Bagi pengendara yang ingin melintasi jalur ini harus benar-benar memastikan kendaraanya dalam kondisi prima karena akan menghadapi tikungan-tikungan tajam dan jalan yang naik-turun di bukit yang sering tumbuh bunga Raflesia ini.

Khusus jalur alternatif yang kedua, pengendara akan melewati jalur sepanjang tepian pantai dan akan sedikit masuk ke jalan-jalan berliku di Kabupaten Seluma (Ibukotanya Tais) dan di daerah perbukitan antara Bintuhan dan Krui, juga daerah perbukitan di daerah Ngaras, Bengkunat dan Kota Agung. Ada jalan yang berliku dan akan menemui tanjakan yang cukup terjal. Pengendara harus hati-hati dengan kondisi jalan yang menanjak dan menurun tajam. Namun tak perlu khawatir, asalkan kendaraan Anda cukup prima untuk melakukan perjalanan, hal itu tidak akan menjadi masalah. Pada jalur ini lika-liku jalan tidak seperti di Liku Sembilan di Bengkulu Tengah - Curup, jalur ini lika-likunya relatif tidak terlalu tajam. Jalur inipun relatif lebih aman dari tindak kejahatan, namun setiap kejahatan pasti berpotensi terjadi di mana saja, jangan terlalu merasa aman. Selain itu jika musim penghujan, jalur ini terkadang terjadi longsor.

Kendaraan yang sering melintas pada jalur ini adalah mobil travel, ada juga truk angkutan, dan kendaraan bermotor milik penduduk sekitarnya. Mobil bis tidak begitu banyak yang menggunakan jalaur ini, meskipun masih ada bis yang menggunakan jalur ini dengan intensitas jumlah yang tidak terlalu rapat.

Saya secara pribadi pernah menggunakan jalur ini dengan menggunakan sepeda motor (montoran). Memang tidak begitu ramai kendaraan yang melintas namun cukup asik untuk menikmati pemandangannya, karena selain bukit-bukit hijau yang akan disaksikan dikanan-kiri jalan, juga bisa menikmati suasana pantainya. Di sepanjang pantai daerah Bengkunat - Ngaras - Krui, terkadang kita akan melihat orang-orang bermain snorkling, bahkan waktu itu saya berpapasan dengan turis asing (bule) yang sedang membawa papan ski untuk bermain dan berenang di pantai yang indah dengan ombak yang menantang.

Selain jalur alternatif yang kedua ini, masih ada jalur alternatif yang ketiga yang lebih aman dari kedua alternatif yang tadi. Yakni jalur antara Lintas barat dan Lintas Tengah. Separuh perjalanan menggunakan jalur lintas barat, dan separuhnya lagi menggunakan jalur lintas Tengah. Alternatif yang ketiga ini jika start dari Kota Bengkulu kita akan melewati Tais - Manna - Bintuhan - Liwa - Kota Agung - Bandar Jaya - Bandar Lampung. Bedanya jalur ini dengan jalur yang kedua adalah setelah melewati Bintuhan menjelang sampai di Krui ada pertigaan ke kiri yang menuju ke arah Liwa. Dengan memilih jalur kiri sebelum di Krui, maka pengendara akan melewati Liwa (Provinsi Lampung Barat) kemudian ke Kota Bumi, Bandar Jaya dan sampai di Bandar Lampung.

Saya pada saat mudik kali ini, menggunakan jalur alternatif yang ketiga ini. Jalur ini relatif lebih aman dari pada kedua jalur yang saya jelaskan di atas. Banyak kendaraan yang melintas, termasuk bis, truk dan sepdeda motor, jangan khawatir tidak mendapat kawan perjalanan jika anda menempuh perjalanan pada siang hari. Jika malam hari mungkin kawan perjalanan Anda adalah bis, travel atau truk. Jalur inipun tidak terlalu banyak menemui tanjakan yang terjal atau tikungan yang tajam. Meskipun begitu, lika-liku jalan dan tanjakan pada punggung rangkaian pegunungan bukit barisan masih akan kita hadapi seperti kedua jalur tadi, hanya saja tidak begitu ekstrim.

Perjalanan mudik saya kali ini menggunakan kendaraan bis Sriwijaya Ekspres, jurusan Bengkulu - Lampung dengan nomor polisi BD 7923 AP warna biru tua. Kenapa saya memilih menggunakan bis ini? Bis Sriwijaya Ekspress termasuk bis ekonomi, sesuai dengan kantong saya yang menengah ke bawah..hehe. Bis Sriwijaya Ekspress di bawah CV. Po. Sriwijaya Ekspress dan Po. Sriwijaya Pratama. CV angkutan umum ini sudah cukup lama beroperasi dan bisa dibilang sudah cukup tua. Sesuai dengan mobilnya yang sudah tidak mulus lagi. Namun sejauh yang saya rasakan dengan beberapakali menggunakan layanan Po. ini, kondisi mobil cukup kuat dan tangguh untuk menempuh perjalanan Bengkulu - Lampung, memang tampilan body dan pintunya sudah ada yang berkarat.

Sebelum pemberangkatan saya pada Jumat (1/7/2016) kemarin, sempat tersiar kabar di koran bahwa bis Sriwijaya Ekspress tidak layak digunakan sebagai sarana angkutan lebaran, bahkan sudah tidak layak beroperasi. Beberapa pihak melontarkan pernyataan tersebut. Hal itu mungkin disebabkan oleh kondisi kendaraan Sriwijaya Ekspress yang nampak sudah tua, kadang memang terdengar bunyi berderit saat kendaraan ini berjalan, namun pada kenyataanya mobil bis ini masih tangguh dan mampu melakukan perjalanan dengan cepat.

Bis Sriwijaya Ekspress termasuk bus malam yang cepat, perjalanan saya jumat kemarin dari Kota Bengkulu sampai di Bandar Lampung (Raja Basa) hanya ditempuh dalam kurun waktu 16,5 jam. Berangkat dari pukul 12.00 WIB dan tiba pada pukul 04.30 WIB keesokan harinya. Biasanya kalau saya menggunakan layanan bis SUN bisa sampai 20 jam lebih. Pernah saya berangkat menggunakan bus SUN berangkat dari pukul 12.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB keesokan harinya, memang saat itu SUN menggunakan jalur lintas alternatif yang pertama melewati Curup yang relatif lebih lama.

Selain itu, hal yang tak kalah penting adalah ongkos perjalanan yang relatif terjangkau jika menggunakan bis Sriwijaya Ekspress, dan inilah faktor utama kenapa saya menggunakan layanan bis ini, dan kebanyakan penumpang yang bersama-sama saya beberapa kali perjalananpun memiliki alasan yang sama. Ongkos bis Sriwjaya Ekspress dari Kota Bengkulu sampai di Bandar Jaya atau Bandar Lampung hanya di patok seharga Rp 160.000,- (beli tiket di loket), sedangkan jika menggunakan bis SUN atau Travel biasaya ongkosnya sebesar Rp 350.000,- bahkan bisa lebih besar lagi jika sudah masuk Tuslah menjelang lebaran seperti sekarang ini. Inilah kenapa banyak warga yang tetap menggunakan bis Sriwijaya Ekspress meskipun harus berpanas-panas di dalam kendaraan tak ber-AC yang terlihat sudah tak mulus lagi.

Perjalanan pada Jum'at kemarin, ada 22 orang bersama saya dalam satu bis Sriwijaya Ekspress. Jumlah itu sesuai dengan jumlah kursi yang ada, tidak ada penumpang yang berdiri di dalam bis. Kami nampak memiliki perasaan dan nasib yang sama, bahwa kami termasuk penumpang dalam golongan yang sama, menengah kebawah, sehingga suasana kekerabatan dan kebersamaan nampak terasa, obrolan dan senda gurau selama perjalanan mengalir begitu saja, seperti sudah saling mengenal satu sama lain, padahal banyak di antara kami belum saling kenal. Itulah perasaan senasib..hehe.

motormudikdibis-57779b61af7e610636e1e8f6.jpeg
motormudikdibis-57779b61af7e610636e1e8f6.jpeg
Ada satu hal yang menarik, yakni ada salah seorang penumpang yang membawa sepeda motor yang diangkut masuk ke dalam bis. Oleh kernet, motor tersebut ditempatkan di posisi belakang yang memiliki space tempat agak luas, cukup untuk satu motor. Setelah motor diikat kencang, jadilah montoran diatas bis. Ternyata orang yang memiliki motor tesebut memilih mengangkut motornya ke dalam bis dari pada mengendarainya langsung menuju Lampung.

Saat saya tanya kenapa tidak montoran saja? Pemiliknya menjawab, "naik bis lebih aman, kita tentu memilih resiko yang lebih kecil apalagi menghadapi lebaran ini, bisa - bisa kalau apes gak jadi lebaran," katanya. Ongkos yang dikeluarkan oleh pemilik motor tadi sebesar Rp 600.000,- sudah termasuk ongkos dirinya sampai di tujuan di Bandar Lampung.

O iya, untuk diketahui, tiket bis Sriwijaya Ekspress bisa didapatkan di Pool Bengkulu di Jl. Raya Pekik Nyaring, Sungai Hitam, dekat Unib. Atau di Loket Sentiong, Samping Pasar Minggu. Kalau di Lampung loketnya berada di Jl. Pramuka No. 11 atau di Loket Terminal Raja Basa. Ada juga Pool Palembang jurusan Bengkulu - Palembang di Jl. KH. Wahid Hasyim Sp.4, atau di Pool Jambi jurusan Bengkulu - Jambi di Jl. Patimura (Depan LP) No.19.

Demikian perjalanan mudik saya tahun ini. Mudik aman tanpa montoran. Alhamdulillah, selamat Lebaran. Terimakasih kepada Sriwaijaya Ekspress dan segenap Petugas di Dinas Transportasi dan Perhubungan, juga terimakasih kepada petugas kepolisian yang telah mengamankan jalur mudik lebaran.

Bagi rekan-rekan yang terkesan dengan pengalaman mudik saya dan ingin berkomunikasi lebih lanjut bisa hubungi akun media sosial saya di :

Facebook : Beni Sumarlinatau halaman Fans Page : Beni Sumarlin. Bisa juga di akun twitter @Sumar_lin atau www.benisumarlin.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun