Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pilkada

29 September 2016   22:47 Diperbarui: 29 September 2016   23:03 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk pikuk jalan ini sekarang

Semarak baliho dan yel-yel yang memekak telinga

Ah datang lagi masanya orang hebat berkampanye

Apa yang mereka katakan untukku?

Entah berapa ribu mil jalan ini telah kulalui

Bolak balik sepanjang hari selama bertahun-tahun

Memunguti sampah-sampah yang terbuang

Kardus bekas hingga kaleng bekas minuman

Apa yang mereka katakan untukku?

Digusur-gusur dan berpindah tempat bagiku biasa

Namun ada yang berteriak-teriak seakan peduli

Betulkah mereka masih menganggapku sebagai manusia?

Maaf tuan, kata-katamu itu sudah sering kudengar

Nasibku tidak juga berubah sejak puluhan tahun lalu

Beri kami kail, jangan cuma beri ikannya

Manusiakan kami dengan tangan sembunyi

******

Ilustrasi:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/21/mfdd5u-wah-pemulung-bakal-digaji-2-juta-rupiah-perbulan


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun