Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Di Atas Bukit

1 Agustus 2016   21:23 Diperbarui: 1 Agustus 2016   21:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.biodiversitywarriors.org

seluas pagi

bukit lembah menghijau

anggrek yang cerah

/

beburung terbang

riang menempuh hari

tak takut lapar

di bumi yang menghijau

rumput tumbuh di batu

/

duduk di batu menatap pohon ke pohon

udara bersih mengalirkan pikiran tenang

riang beburung terbang di antara reranting

kicauan si jantan terdengar nyaring

tonggeret bersahut riang di pohon-pohon

/

di atas sebuah bukit

pohon meranti tua raksasa

menikmanti kesendiriannya

terukir kisah suka duka kehidupannya

di kulit tubuhnya yang kasar

penuh dengan ukiran tangan musim

/

dedahannya merentang lebar

dedaun rimbun menghijau dan sejuk

unggas dan aneka serangga bernaung

akar-akarnya yang menonjol kekar

otot-otot perkasa yang membentenginya dari badai

menjaga kelangsungan hidupnya berabad waktu

/

dari kerimbunan dedaunnya

tiba-tiba muncul seekor elang

terbang melambung mengitari separuh kota

melengking dan  bernyanyi tentang sebuah kedamaian

bangga menjadi bagian hidup dari pohon yang perkasa

/

musim kemarau

rumput kering terbakar

asap menyebar

tiba-tiba si elang merasa cemas dan bertanya:

“siapakah yang lebih kejam ketimbang air dan api?”

*****

Batam, 2016.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun