Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Kita

16 April 2016   21:14 Diperbarui: 16 April 2016   21:25 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

untuk Ann

di tepi jalan sunyi

bermalam-malam kita habiskan waktu

membaca kehidupan dan cinta di rumah kita

menggali makna dari kisah-kisah yang telah terjadi

menghubungkannya dengan gambaran kita hari ini

yang membentang di depan mata, merenungkannya

dan kita selalu terhenti di persimpangannya

 

coba kutegakan ingatan yang melapuk

membangkitkannya di atas puing-puing kelupaan

merangkainya menjadi serupa sebuah rumah bersama

betapa pintu-pintu dan jendela itu terbuka lebar

siapa dan apa saja bebas masuk ke dalamnya

dan kita pun bebas memandang ke dunia luar

 

di kedalaman sunyi malam

ketika pintu-pintu dan jendela terbuka lebar

kita tertatih gagap menatap para pencuri berkeliaran

tak mampu menangkapnya, hanya mampu menghardiknya

maling teriak maling, memicu sengketa cinta di tiap ruang

sementara hati nurani itu pergi entah ke mana

lenyap bersama janji-janji mereka, para politisi busuk

mengejar puncak-puncak kekuasaan negeri

menghamba kepada nafsu duniawi

 

membaca kehidupan dan cinta di rumah kita

tiba-tiba saja kita merasa asing satu sama lain

karut marut dan sengketa yang tak kunjung usai

membuat hati kita terbelah, antara cinta dan benci

saling bergaduh, menghujat, dan saling menfitnah

cita-cita besar yang melapuk digerogoti waktu

cita-cita besar yang ternodai oleh etika dam moral

 

atas nama kebebasan, demokrasi, dan persamaan hak

dengannya kita bangun sebuah rumah bagi masa depan

dengannya kita bikin pintu-pintu dan jendela yang lebar

yang tak berdaun, yang tak pernah tertutup siang-malam

meski angin badai menghantam rumah kita, bekali-kali

di sana, di rumah itu kita hanyalah seorang pengelana

yang sekedar singgah dan berteduh, mencari perlindungan

dari kencangnya arus perubahan dunia!

 

******

Batam, 2016.

 [caption caption="Sumber Ilustrasi: http://rumahdijual.org/athumb/e/e/8/big1206444.jpg"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun