Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Bola Panas Jakarta Menghantam Pilar-pilar Kebangsaan

17 Maret 2016   22:04 Diperbarui: 17 Maret 2016   22:21 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena politik seperti apa sesungguhnya yang tengah terjadi di Jakarta? Ahok siapa tak kenal dia, omongannya ceplas-ceplos, keras, tegas, berani, dan jujur. Sejak mengambil alih tongkat komando DKI 1 dari tangan Jokowi tak henti-henti ia menjadi magnit pemberitaan. Gebrak sana gebrak sini, memecat siapa saja bawahannya yang tak mampu bekerja, menghajar berbagai LSM yang biasa menikmati kucuran dana APBD DKI tetapi tidak betul-betul bekerja untuk masyarakat.

Lebih kurang ajar lagi ketika ia berani menentang kehendak partai pengusungnya, dan akhirnya memutuskan keluar dari Gerindra gara-gara ditekan terus oleh Fraksi Gerindra di DPRD DKI Jakarta. Ahok semakin menjadi-jadi ketika dia berhadap-hadapan dengan DPRD DKI Jakarta soal anggaran siluman yang melibatkan oknum DPRD dan oknum Pemprov DKI Jakarta. Ada yang bilang inilah satu-satunya Gubernur yang paling gila di Indonesia.  Belum ada Gubernur yang berani melawan DPRD secara terbuka kecuali Ahok.

Tiba-tiba Ahok diisukan tersandung korupsi di Sumber Waras. Lawan-lawannya berjingkrak-jingkrak kegirangan karena punya momen untuk melampiaskan dendamnya. Tapi apa lacur, konspirasi bodoh itu ternyata gagal total, dan malah membuka kedok siapa saja gerangan yang coba-coba  lempar batu sembunyi tangan di balik kasus ini. Belum juga reda bara konspirasi Sumber Waras itu, tiba-tiba Ahok mulai bermain gila lagi. Kali ini sasarannya Kalijodo yang merupakan sarang premanisme, prostisusi, narkoba dan miras.

Kalijodo yang begitu alot untuk ditertipkan sejak berapa periode gubernur sebelumnya menjadi luluh lantak tanpa perlawanan yang berarti berkat kerjasama yang apik antara Pemprov DKI dan Polda Metro Jaya. Tiba-tiba Ahok membikin kejutan lagi, menyatakan akan maju ke Pilgub DKI 2017 lewat jalur independen.

Kali ini bukan hanya Jakarta yang terguncang, jagat politik di Indonesia tiba-tiba mendadak jadi panas karena ulahnya. Seorang Petanaha, punya elektabilitas tinggi tiba-tiba memutuskan akan maju ke Pilgub DKI melalui jalur independen? Banyak yang tersentak kaget, dan sama sekali diluar nalar logika para elit politik di Indonesia. Isu deparpolisasi bergulir guna meredam dampak keputusan Ahok menempuh jalur independen. Namun bukannya malah redam, justru isu besar tentang kinerja Parpol selama ini malah balik menghantam PDIP dan partai-partai lainnya.

Pilgub DKI 2017 masih lumayan jauh, berbagi proses tahapan masih harus ditempuh Ahok agar tidak terpental dari persaingan merebut Kursi DKI 1. Kemungkinan gagal atau berhasil masih sangat terbuka. Teman Ahok masih harus bekerja keras agar pengorbanan Ahok tidak menjadi sia-sia.  Sebuah pilihan jalan terjal harus ditempuh, masihkah nasib baik akan menghampiri Ahok?

Tidak bermaksud mengatakan bahwa Ahok seorang ‘Super Man’. Dia hanya manusia biasa, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Lawan-lawan politiknya meledeknya ‘berlagu seperti Super Man’. Banyak yang harus dicermati dari fenomena ini. Salah satu hal yang terpenting adalah bahwa rakyat menilai para pemimpinnya. Rakyat  mengapresiasi kinerjanya yang baik dan akan menghukum bila kinerjanya buruk.

Rakyat telah jenuh dengan berbagai macam rekayasa politik para pemimpinnya. Rakyat telah muak melihat tingkah polah para politisi busuk, tak mampu menjaga moralitas dan etika berpolitiknya. Rakyat merindukan pemimpin yang mampu berkerja, seimbang antara perkataan dan perbuatannya.

Ahok adalah seorang rakyat Indonesia yang punya hak dan kewajiban yang sama dengan rakyat Indonesia lainnya. Ahok adalah anak bangsa yang peduli dengan kemajuan bangsa dan negaranya. Mari kita saling menghargai dengan sesama anak bangsa sendiri. Ahok tipe seorang pemimpin pemarah. Dia marah karena ia sedang membela hak kalian, membela hak warga Jakarta dari rongrongan para pencoleng, kutu busuk, dan dari gangguan tikus-tikus Jakarta. Setimpalkah caci maki yang anda lontarkan baginya dengan berbagai kebajikan telah dilakukannya?

Fenomena Ahok sedang menguji kita sebagai suatu bangsa yang berbudaya dan bermoral. Berdirinya bangsa ini karena para pejuang di masa lalu berani menyingkirkan perbedaan suku bangsa agama dan ras. Semuanya saling bahu membahu sama berjuang menegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadilah negarawan, jadilah seorang ksatria sejati. Janganlah jadi pengkhianat keutuhan NKRI!

*****

Sumber Ilustrasi

[caption caption="Ketika Bola Panas Jakarta Menghantam Pilar-Pilar Kebangsaan"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun