Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa King Maker Pilgub DKI 2017?

17 Maret 2016   13:28 Diperbarui: 17 Maret 2016   16:58 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemanasan menjelang Pilgub DKI 2017 tengah terjadi. Suasana Jakarta perlahan tapi pasti mulai memanas. Aroma persaingan mulai tercium di sana-sini. Banyak tokoh politik, pengamat, dan lembaga survei telah mulai terlibat.

Fenomena teman Ahok menjadi warna tersendiri dalam Pilgub DKI kali ini. Siapapun Cagub yang akan maju atau partai manapun yang berniat menguasai Jakarta lewat mekanisme Pilkada Februari 2017 nantinya pasti tidak akan menganggap remeh hasil kerja teman Ahok. Bayangkan, mereka telah berhasil mengumpulkan dukungan mendekati satu juta suara, melebihi jumlah suara yang berhasil diraih Partai Gerindra ketika Pileg 2014 yang mendekati angka enam ratusan ribu suara (15%), dan tidak mustahil akan melebihi jumlah suara PDIP yang berkisar 1,23 juta suara (28%).  Jumlah suara sah yang terkumpul untuk seluruh daerah pemilihan legislatif 2014 di DKI Jakarta adalah 4.537. 132 suara.

Kalau dihitung-hitung dengan jumlah kursi DPRD DKI,  jumlah keterwakilan teman Ahok saat ini setara dengan  16 atau 17 kursi DPRD DKI, melebihi jumlah kursi Gerinda yang hanya 15 kursi. Sangat wajar kalau partai-partai bereaksi keras karena merasa terancam perannya dalam Pilgub DKI 2017. Dalam konteks inilah hal yang menjadi dasar ucapan ‘deparpolisasi’ yang dimaksudkan oleh Sekjen DPD PDIP DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD DKI Jakarta.

Fenomena teman Ahok mengejutkan jagad perpolitikan di tanah air. Banyak yang bertanya dan menduga-duga siapa gerangan yang berada di belakang anak-anak muda itu? Ahok mengatakan mereka itu (teman Ahok) dulunya bagian dari relawan Jokowi-Ahok pada Pilgub DKI 2012.  Mereka juga relawan yang setia mendampingi Ahok ketika Ahok membongkar mafia anggaran yang melibatkan Anggota DPRD DKI Jakarta.

Mereka yang menjadi motor utama penggerak teman-teman Ahok ada 5 orang, usia mereka berkisar dua puluhan tahun dan mereka sarjana berbagai bidang disiplin ilmu.Siapa gerangan yang telah menggerakan anak-anak muda ini dan warga DKI seperti apa yang telah mendukung mereka, warga yang telah rela memberikan fotocopi KTPnya dan menyatakan dukungannya kepada Ahok dan Heru?

Dari segi kewilayahan mereka (teman Ahok dan para pendukungnya) tersebar dan sulit untuk dipetakan. Sulit bagi Parpol mengerjain mereka dengan cara mengatur atau mengacak DPT agar mereka punya kendala ketika hendak mencoplos di TPS di lingkungan tempat tinggal mereka masing-masing.

Kalau ditanya partai mana yang paling terpukul dengan fenomena teman Ahok ini? Jawabnya adalah Gerindra dan PKS. Gerindra merasa terpukul karena mereka tidak pernah menyangka begitu kuatnya dukungan bagi Ahok padahal Ahok dulunya adalah kader Gerindra. Nafsu Gerindra ingin kembali menempatkan kadernya sebagai Gubernur atau Wakil Gubernur DKI menjadi kecil gegara fenomena teman Ahok. PKS mengincar Jakarta sejak lama. PKS mengerti betul arti strategis Jakarta dalam jagad perpolitikan Indonesia setelah reformasi. Bagaimana PKS meratapi kekalahannya di Pilgub DKI 2012, Pileg 2014, dan Pilpres2014 yang  di ketiganya ada andil Jokowi, mungkin telah menjadi catatan tersendiri bagi Gerindra maupun PDIP. PKS pun sepertinya panik dengan fenomena teman Ahok.

Bagaimana dengan PDIP? Manuver Ahok beberapa hari sebelum dia menyatakan akan mengikuti Pilgub DKI lewat jalur independen dapat ditafsirkan bahwa ada deal-deal tersembunyi antara Ahok dan Megawati. Kata ‘makan bakso bersama’ yang beberapa kali pernah diucapkan oleh Ahok tentang pertemuannya dengan Megawati adalah semacam isyarat kepada seseorang atau partai tentu.  Maknanya bisa jadi ‘manuver ringan’ atau bisa juga ditafsirkan maknanya sebagai ‘manuver pemanasan’.  Nasdem buru-buru merapat ke barisan teman Ahok dan kian santer terdengar pula bahwa Hanura juga akan segera merapat.

Ahok dan teman-temannya diibaratkan sebuah kapal induk, dua kapal tempur pengaman telah berada di dekat kapal induk. Sementara kapal induk yang satunya lagi yang berisi panglima perang terus menjaga jarak, dan sedangkan di pangkalan masih ada satu atau dua kapal tempur lagi sedang menunggu komando bergerak. Siapakah king maker atau panglima perang tertinggi yang menyusun strategi tempur dan memegang kendali di lapangan atas gugus tempur laut ini?

Apakah Ahok akhirnya akan berbalik mencari dukungan dan menempuh jalur Parpol. Mungkin tidak mungkin juga ya, tergantung apakah teman Ahok bisa bekerja mencapai target. Andaikan Ahok tetap di jalur independen posisinya diamankan oleh sebuah gugus tempur laut yang telah teruji ketangguhannya di Pilpres 2014!

******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun