DKI Jakarta adalah wilayah strategis dalam percaturan politik di Indonesia. Semua partai besar mengincarnya, dan masing-masing menerapkan berbagai strategi untuk bisa memenanginya. Â Mana mungkin partai sekelas PDIP berlaku ceroboh melepaskan begitu saja seorang calon potensial non partai yang terbilang dekat dengan PDIP. Sebetulnya sangatlah mudah bagi PDIP untuk menarik Ahok kedalam jajaran kader partainya. Namun tidak dilakukan secara buru-buru, toh masa depan yang gemilang bagi karir politik Ahok jangka waktunya masih relatif jauh. Tinggal bagaimana kepintaran Ahok dalam meniti buih yang harus dilewatinya, mengembangkan karakter dan jiwa kepemimpinannya melalui tempaan pengalaman dan ujian yang dihadapinya.
Harus dicermati bahwa langkah-langkah yang ditempuh Ahok menempuh jalur indpenden bukanlah sebuah langkah ngawur atau spekulasi. Segala kemungkinannya telah dikaji secara matang, sejak jauh hari. Bukanlah sebuah langkah yang diputuskan secara tiba-tiba, karena teman Ahok itu telah bekerja sejak tahun lalu. Logisnya kalau tidak ada strategi tertentu sudah pasti Ahok akan menyetop kegiatan itu karena dapat membuatnya berbenturan dengan partai yang berniat mengusungnya, khususnya PDIP.Â
Namun nyatanya kegiatan itu semakin intensif dan mampu memberikan efek kejut yang luar biasa menjelang Pilkada DKI 2017. PDIP sengaja melepas Ahok melalui jalur independen atas pertimbangan banyak hal, salah satunya menurunkan ketegangan antara PDIP dan Gerindra. Karena Ahok sebelumnya adalah kader Gerindra, sebelum akhirnya mengundurkan diri.Â
Ahok tidak dilepaskan begitu saja oleh PDIP, karena ada mitranya Partai Nasdem yang memback-upnya, dan tidak tertutup kemungkinan Hanura juga akan menyusul langkah Nasdem guna memastikan perjuangan Ahok melalui jalur independen.
Disamping Basuki Tjahaya Purnama  atau Ahok, ada nama-nama lain yang telah menyatakan diri akan maju sebagai Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta yakni:  Sandiaga Uno, Ahmad Dhani, dan Yusril Ihza Mahendra.  Ahmad Dhani yang telah berkoak-koak akan mencalonkan diri dikatakan akan dicalonkan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (6 kursi). Demikian juga Sandiaga Uno akan diusung oleh Partai Gerindra (15 kursi). Tidak jelas partai mana yang akan mendukung Yusrill, tetapi tidak tertutup kemungkinan akan ada beberapa partai yang tiba-tiba mengusungnya.
PDIP (28 kursi) merupakan satu-satunya partai yang memenuhi persyaratan 20% kursi di DPRD DKI Jakarta bagi pencalonan Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017. Bagi partai-partai yang jumlah kursinya dibawah 20% dari 106 jumlah kursi DPRD DKI Jakarta diharuskan bergabung dengan partai lainnya agar bisa memenuhi persyaratan. Entah partai mana saja yang akan bergabung dengan PKB dalam rangka mengusung Dani menuju DKI 1. Sepertinya nilai jual Dani tidak begitu meyakinkan banyak partai sehingga kecil kemungkinan Dani bisa maju menuju DKI 1.Â
Demikian juga Yusril, harus ada dua atau tiga partai yang mengusungnya baru  bisa maju bersaing menjadi Cagub DKI. Pilihan jalur independen bagi Yusril tidaklah mudah, karena ada Ahok yang juga menempuh jalur yang sama. Yusril telah terkunci langkah-langkahnya seiring dengan keputusan Ahok menempuh jalur independen.
Pembagian Kursi DPRD DKI Jakarta. Total seluruh jumlah Kursi anggota DPRD 106 Kursi
1. Â Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan perolehan sebanyak 28 kursi
2. Â Partai Gerindra dengan perolehan sebanyak 15 kursi
3. Â Partai Keadilan Sejahtera dengan perolehan sebanyak 11 kursi
4. Â Partai Persatuan Pembangunan dengan perolehan sebanyak 10 kursi
5. Â Partai Demokrat dengan perolehan sebanyak 10 kursi
6. Â Partai Hati Nurani Rakyat dengan perolehan sebanyak 10 kursi
7. Â Partai Golongan Karya dengan perolehan sebanyak 9 kursi
8. Â Partai Kebangkitan Bangsa dengan perolehan sebanyak 6 kursi
9. Â Partai Nasional Demokrat dengan perolehan sebanyak 5 kursi
10. Â Partai Amanat Nasional dengan perolehan sebanyak 2 kursi
Sandiaga Uno merupakan kader Partai Gerindra. Rasanya tidak terlalu sulit bagi Gerindra menggaet Parpol lain guna mengusung Sandiaga Uno. Sangat besar kemungkinan bahwa Sandiaga Uno akan maju menuju DKI 1, sementara siapa wakilnya belum bisa dipastikan. Â Sekiranya PDIP mengajukan calonnya sendiri, dan teman-teman Ahok bisa bekerja maksimal memenuhi target 1 juta dukungan untuk Ahok, maka diprediksi akan ada tiga Cagub yang bakal bersaing menuju DKI 1. Semakin banyak calon yang maju maka akan semakin mudah bagi Ahok memenangkan jumlah perolehan suara terbanyak dalam satu putaran.
Elektabilitas Ahok saat ini masih dikisaran 50%, suatu angka yang relatif sulit dikejar dalam waktu singkat kecuali dengan melakukan kampanye hitam yang sifatnya membunuh karakter.  Ahok masih harus melalui jalan terjal guna meraih tiket Cagub dalam Pilkada DKI Jakarta.  Maka perang terbuka antara Gerindra dan PDIP akan kembali  terjadi, kali ini di Jakarta.  Siapakah yang akan kalah atau menang atau ketiban durian runtuh di Pilkada DKI 2017 nanti?
Guna menjaga pamornya, PDIP akan tetap mengajukan pasangan calonnya menuju DKI 1. Sepertinya bukan Risma atau Ganjar, bisa jadi Jarot dan wakilnya masih susah untuk diprediksi. Â Ada kemungkinan calon yang akan mendampingi Jarot adalah sosok yang punya potensi kemampuan memecah kantong-kantong suara Gerindra di Jakarta. Â Diprediksi Pilkada akan berlangsung dalam satu putaran, dan Ahok akan kembali memimpin Jakarta.
******
Â
[caption caption="Sumber Ilustrasi: http://www.aktualpost.com/wp-content/uploads/2015/12/ahok44591-310x165.jpg"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H