Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gara-gara Ahok

8 Maret 2016   13:55 Diperbarui: 8 Maret 2016   14:07 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok menjadi sorotan publik karena sepak terjangnya selama menjadi Gubernur DKI Jakarta.  Tidak mau dikadali oleh DPRD DKI Jakarta, berani memecat pejabat Pemprov DKI yang tidak mampu menjalankan tugasnya atau terbiasa bermain kongkalikong, hingga kecerdikannya dalam menggusur Kalijodo sehingga berlangsung aman tanpa gejolak yang berarti. Rakyat tengah merindukan pemimpin yang tidak saja populer, tetapi juga cerdas berani dan tegas. Semuanya ada pada Ahok, dan karena kepedulian banyak orang pada kehidupan berbangsa yang lebih baik, lepas dari bayang-bayang sikap manipulatif Partai Politik maka terbentuklah Komunitas Teman Ahok (KTA).

Siang itu Ahok menemui puluhan anggota KTA di Balai Kota DKI Jakarta.  Dihadapan teman-temannya Ahok memutuskan akan mengikuti keinginan teman-temannya, mendaftar Cagub DKI Jakarta pada Pilkada 2017 melalui jalur independen. Hahaha…selamat tinggal PDIP, kalah atau menang Ahok tetaplah akan mencoreng wajah Partai Politik, lebih-lebih lagi partai penguasa dan pemenang Pileg DKI Jakarta 2014 itu.

Gara-gara Ahok, banyak Parpol yang tiba-tiba menjadi bingung, menghitung-hitung peluangnya memenangkan Pilkada DKI atau menerima hukuman dari masyarakat.  Suara-suara rakyat yang ingin menghukum Parpol karena telah merasa bosan dikadalin, dikibulin, diakal-akalin akan dilampiaskan dalam Pilkada DKI 2017. Jakarta adalah gambaran miniatur Indonesia, dinamika politik di dalamnya merupakan representasi bagaimana publik bereaksi terhadap sikap manipulatif yang dipertontonkan Parpol selama ini.

Elektabilitas Ahok dalam Pilkada DKI jauh di atas, melebihi para kandidat yang digadang-gadang akan menjadi pesaingnya. Rakyat sedang marah dengan Parpol, dan rakyat sedang bersiap-siap memberikan pelajaran berharga bagi kekurang-ajaran Parpol selama ini.  Pertarungan maut sedang menunggu siapa saja kandidat Parpol yang ingin menjadi pesaing Ahok, adakah yang punya nyali, yang betul-betul serius yang ingin bersaing secara sehat dengan Ahok?

Gerakan mengambang yang diperlihatkan oleh Yusril sebagai calon pesaing Ahok mudah ditebak. Di satu sisi dia menampilkan diri sebagai calon independen, tujuannya mencari simpati atau dukungan dari publik. Sedangkan di sisi lain Yusril sedang menakut-nakuti Parpol yang menjadi lawan politiknya selama ini, akan menjegal siapa saja Cagub mereka yang akan bersaing dengan Ahok.

Satu sisi hal ini dinilai sebagai tindakan spekulasi mencari dukungan dari Parpol yang berhaluan Islam, dan di sisi lain  dia tengah memberikan pelajaran berharga bagi semua Parpol yang mendudukan wakilnya di Senayan. Bukankah ada peran Yusril dalam membuka celah tampilnya calon independen di Pilkada!? Langkah cerdas seorang Yusril Ihza Mahendra dalam mencerdaskan kehidupan berpolitik di tanah air!

Gara-gara Ahok, dampak runtuhnya tembok pemisah KIH dan KMP melahirkan kubu baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Kubu itu saat ini bernama Komunitas Teman Ahok, kumpulan orang-orang yang muak dengan sikap manipulatif Parpol selama ini. Kubu itu bernama “Kubu Independen”, dan mereka tengah menunggu-nunggu munculnya sosok pemimpinnya yang tegas, berani, jujur, dan mampu bekerja untuk kemajuan bangsanya. 

Tidak mustahil gerakan mengusung calon independen akan terus menjalar dan menjangkiti daerah-daerah lain. Apabila rakyat telah bersikap dan bertindak atas sikap manipulatif Parpol selama ini, adakah yang mampu menjinakannya? Melakukan kecurangan guna menggagalkan atau mengalahkan calon independen demi menegakkan marwah Parpol akan berbuah kegaduhan. Sekarang saatnya bagi Parpol untuk introspeksi diri!

*****

[caption caption="Sumber Ilustrasi: https://assets.kompas.com/"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun