Engkau laksana pepohonan besar di rimba belantara
rambutmu, akar serabut yang berproses berabad-abad
urat nadi yang mengenal takdir kekayuan, alur-alurnya
gurat-gurat jiwa yang ditempa oleh hujan dan panas
Â
Kisah awan dan angin yang tercatat di langit kenangku
sesat anak siamang di sela-sela rimbun pepohonan tua
cahaya mata pungguk yang menyorot ke langit malam
di sana hidup bayang-bayang yang menyatu di jiwaku
Â
Kau bangkitkan rasa lewat mekar bunga di awal musim
bebuah masak yang jatuh sendiri, melahirkan kecambah
meninggi dan terus meninggi, membesar, dan menaungi
Â
Kudapati sangkar lebah di antara cabang dan rantingnya
kusentuh tubuhmu, nikmat manis madu dari sarangnya
sari pati bebunga liar yang tumbuh di hutan perawan!
Â
*****
Batam, 2016.
[caption caption="Sumber Ilustrasi: bp.blogspot.com"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H